Gubernur Sultra Ali Mazi memberikan pepaparan dalam acara Workshop Nasional Percepatan Rehabilitasi Mangrove di Kempinski Hotel Indonesia, Jakarta pada Kamis (20/1). (FOTO:IST)
KENDARI, BKK– Gubernur Ali Mazi menyebut, hutan mangrove di Sulawesi Tenggara (Sultra) pada 2021 seluas 93.830,52 hektare (ha). Terdiri dari potensi habitat mangrove 27.664,80 ha dan eksisting mangrove 66.165,72 ha.
Ali Mazi menyebut, adad beberap faktor yang menyebabkan hutan mangrove menurun drastis di Sultra. Di antaranya, konversi ekosistem hutan mangrove menjadi penggunaan lainnya, berupa budi daya perairan (tambak), infrastruktur pelabuhan dan jalan, area tambang, pemukiman, dan area industri.
“Juga pola hidup masyarakat sekitar kawasan hutan yang telah turun temurun menggunakan pohon mangrove untuk kayu bakar, menjadikan populasi pohon mangrove mengalami penurunan secara drastis,” papar Ali Mazi dalam Workshop Nasional Percepatan Rehabilitasi Mangrove dalam rangka Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2022, yang juga dihadiri Menteri Lingkungan Hidup dan Kehuatan Siti Nurbaya, di Kempinski Hotel Indonesia, Jakarta pada Kamis (20/1).
Ali Mazi merinci, Sultra memiliki potensi habitat mangrove yang terdiri dari area terabrasi 0,73 ha, lahan terbuka 993,18 ha, mangrove terabrasi 283,69 ha, tambak 26.093,06 ha, dan tanah timbul 294,14 ha. Sementara, eksisting mangrove, meliputi kategori mangrove lebat sekitar 40.811,14 ha, kategori mangrove sedang 21.453,23 ha, dan kategori mangrove jarang 3.901,36 ha.
Ali Mazi mengaku, tidak sedikit manfaat yang diperoleh manusia dengan adanya kawasan hutan mangrove. Di antaranya, habitat hewan laut dan darat; sebagai bagian rantai makanan (produsen); perlindungan kawasan pesisir, melindungi pantai dari ombak/tsunami/abrasi air laut.
Selain itu, menyaring endapan tanah dan lumpur dari sungai ataupun terbawa air laut; fungsi ekonomi dan kesehatan; serta manfaat lainnya. (din/man)