Merawat Keberagaman: Polda, Pemprov Sultra, dan UHO Akan Tulis Buku

  • Bagikan

Asrun Lio (kedua dari kiri) membuka FGD budaya di Baubau.

BAUBAU, BKK- Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Tenggara (Sultra) bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sultra, Universitas Halu Oleo, melaksanakan focus grup discussion (FGD) budaya di Kota Baubau , Rabu (9/3), di aula SMAN 1 Baubau. FGD dihadiri Sultan Buton XL  dr H La Ode Muhammad Izzat Manarfa.

Kegiatan tersebut merupakan kerja sama antara  Disdikbud  bersama Polda dan UHO, guna mengumpulkan bahan dan materi untuk penulisan buku dengan tema “Merawat Keberagaman Budaya di Sulawesi Tenggara”.

Hadir dalam kegiatan tersebut Direktur Intelkam Polda Sultra Komisaris Besar (Kombes) Pol Nanang Rudi Supriatna SH MH, Ketua tim penulis buku Prof Dr La Niampe MHum, didampingi 5 orang tim, yaitu Dr Sahrun SPd MSi, Dr Aslim SS MHum, Dr Rahmat Sewa Suraya SSos MSi, Dr Basrin Melamba, dan Dr Safaruddin. Kadisdikbud Sultra membuka acara secara resmi.

Kapolda Sultra dalam sambutannya yang dibacakan Dirriintelkam Nanang Rudi Supriyatna mengatakan, Indonesia memiliki beragam dari mulai suku, agama, dan ras.

“Dari perbedaan ini kita memiliki kesamaan yang besar dan kita harus menggali kesamaannya.  Olehnya itu, sebagai penerus bangsa, harus bersama merawat dan bekerja sama dalam merawat keberagaman budaya di Indonesia, khususnya di Sultra. Terawatnya keberagaman dapat menciptakan situasi Kamtibmas yang kondusif,” katanya.

“Keanekaragaman budaya di Sultra merupakan salah satu wujud  keberagaman yang ada di Indonesia. Perbedaan merupakan sunnatullah dan menjadi tanggung jawab seluruh anak bangsa untuk menjaga keberagaman serta menjadikan sebagai kekuatan.”

Nanang menyebutkan, Sultra memiliki banyak kawasan potensial yang menjadi objek vital seperti di Kolaka ada kawasan objek vital nasional, di Konawe ada kawasan objek industri, di Wakatobi kawasan objek wisata.

“Dengan banyaknya potensi potensi yang ada di Sultra semoga nantinya tidak ada perpecahan antara etnis yang dapat mengganggu stabilitas keamanan di Sultra yang dapat mengangu objek-objek vital tersebut,” katanya.

Nanang berharap peserta yang hadir dapat memberikan masukan ide-ide dan saran kepada tim penulis buku menjadikan sebagian bahan referensi dan pertimbangan.

“Semoga dengan adanya buku tersebut dapat menjadi pemersatu semua kalangan kalangan etnis di Sultra,” tandasnya.

Kadisdikbud menyampaikan, Buton adalah salah satu suku asli di Sultra, sehingga dari tokoh adat dan peserta yang hadir diharapkan memberikan masukan terkait peradaban suku Buton serta adanya cerita sejarah yang dapat diangkat, sehingga dapat memberikan warna tersendiri dalam penulisan buku yang akan disusun.

“Kehadiran Sultan Buton merupakan suatu anugerah dan wujud  dukungan secara moril sehingga berharap penulisan buku dapat berjalan lancar dan memberi manfaat kepada masyarakat Sulawesi Tenggara dalam merawat keberagaman,” tandasnya.

Dalam mengumpulkan bahan dan materi penulisan buku, tim penulis juga menggelar kegiatan FGD di Kabupaten Konawe pada 11 Maret dan di Kolaka pada 12 Maret 2022. (*/adv)

  • Bagikan