UNAAHA, BKK- Peternakan babi di Kabupaten Konawe setidaknya mulai berkembang pesat di 9 kecamatan. Sejak adanya pabrik smelter di Kecamatan Morosi yang di dalamnya tenaga kerja asing (TKA) tidak sedikit yang didatangkan dari Tiongkok.
Permintaan daging babi serta-merta meningkat sehingga dilirik warga lokal nonmuslim sebagai peluang usaha yang menjanjikan.
“No problem,” sambut Bupati Konawe Kery Konggoasa. Hanya saja, Kery menekankan, peternakan babi hanya dibangun di permukiman masyarakat nonmuslim, agar tidak mengganggu kelompok masyarakat lainnya.
Kery mengaku dirinya selalu memberikan motivasi kepada masyarakat untuk dapat menangkap peluang usaha, apalagi dengan keberadaan investasi di Konawe sangat membantu.
Dari 9 kecamatan yang masyarakatnya mengembangkan peternakan babi, Kecamatan Amonggedo paling besar. Catatan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Keswan) Konawe menyebut angka 15 ribuan ekor.
Menurutnya, bidang peternakan babi di Konawe sudah sangat berkembang, bahkan populasinya sudah hampir seimbang dengan populasi sapi.
Secara keseluruhan, sesuai data Dinas Keswan, Konawe pada 2021 terdapat 67.793 ekor babi yang tersebar di beberapa Kecamatan.
Masing-masing Kecamatan Amonggedo 15.875 ekor, Tongauna 13. 908 ekor, Padangguni 11.333 ekor, Uepai 10.037 ekor, Wonggeduku 7.950 ekor, Tongauna Utara 5.553 ekor, Pondidaha 2.540 ekor, Lambuya 412 ekor, dan Onembute 185 ekor.
Bupati Kery mengungkapkan, saking semangatnya masyarakat sehingga sebagian besar kelompok peternak di wilayah itu tidak lagi mengusulkan program untuk pengadaan sapi, namun mengganti dengan babi.
“Di Konawe ini buka usaha apa saja pasti laku, karena semua masyarakat sudah punya uang. Karena sudah kerja dan sudah punya gaji. Jadi, daya beli itu semakin tinggi. Tinggal bagaimana masyarakat menangkap peluang usaha yang akan dikembangkannya,” tuturnya.
Kery meyakinkan, dirinya sangat mendukung selama hal tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena dirinya menyadari bahwa masyarakat Konawe merupakan masyarakat yang heterogen, sehingga kebijakannya harus dirasakan merata oleh semua kelompok masyarakat.
“Ya. Kan kita bisa atur bagaimana bagusnya. Bahkan saya menekankan supaya lokasi pengembangan peternakan babi ini harus terpusat di permukiman masyarakat yang nonmuslim, supaya tidak mengganggu kelompok masyarakat lainnya,” jelasnya.
Ia mengaku, dirinya akan membantu pengembangan peternakan babi ini melalui program Pemkab Konawe yakni program sejuta sapi.
“Sektor usaha yang menjanjikan sekarang ini yakni bidang pangan, termasuk kebutuhan daging. Dan sekarang masyarakat memang banyak melihat peluang usaha bidang ini. Jadi beragam, ada yang ternak ayam, sapi, dan juga babi. Semua akan kita bantu selama itu untuk mendukung kegiatan ekonomi masyarakat,” katanya.
“Bahkan saya dengar penjualan babi ini bukan saja di wilayah Morosi, tapi sudah menyasar sampai di wilayah pemukiman industri di Morowali Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng),” terangnya. (irm/iis)