ANDOOLO, BKK – Pemerintah Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) melalui Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan (DTPHP) Konsel, melatih 42 petani kopi di Desa Ataku Kecamatan Andoolo.
Di kesempatan itu, Kepala DTPHP Konsel Yesna Suarni mengatakan, pelatihan itu dilakukan, untuk meningkatkan hasil produksi dan meningkatkan kualitas produk biji kopi hasil panen agar memenuhi kebutuhan pasar.
“Selain wilayah Landono, Desa Ataku juga merupakan wilayah pengembangan kopi yang merupakan program unggulan daerah. Olehnya itu, kami menginisiasi kegiatan pelatihan pasca panen untuk meningkatkan mutu hasil panen para petani kopi di kecamatan Andoolo ini,” jelas Yesna saat membuka pelatihan di Balai Desa Ataku, yang dihadiri anggota DPRD Konsel Dewi Saputri Senin, (1/8).
Ia juga mengungkapkan, produksi kopi sangat banyak di daerah lain, pihaknya ingin memiliki kualitas biji kopi dan cita rasa yang khas sehingga hasil dari petani kopi di Konsel tidak hanya dipasarkan di kelas nasional namun sampai pada internasional.
Olehnya, lanjutnya dia, melalui pelatihan peningkatan pengelolaan hasil panen kopi itu, selain menjadi komoditas andalan pihaknya berharap dapat menciptakan sumber daya manusia dalam pengelolaan hasil panen.
“Para petani tidak hanya menanam melainkan mampu memahami kebutuhan pasar yang tersedia sehingga produksinya berkelanjutan, agar muara kesejahteraan seperti tagline ‘Desa Maju Konsel Hebat’ dapat tercapai sepenuhnya,”tutupnya.
Sementara itu, Kepala Desa Ataku Alhamsah mengatakan, dengan adanya kegiatan pelatihan pasca panen tersebut dirinya sangat bersyukur dan berterimakasih telah disambut baik oleh Pemkab dan DPRD dalam hal ini untuk menindaklanjuti program pengembangan kopi di desanya.
“Terima kasih kepada Bupati Konsel Surunuddin Dangga, Dinas DTPHP, dan Anggota DPRD Dewi Saputri, yang terus mengawal serta mendampingi program kopi di desa kami,” imbuhnya.
Alhamsah juga membeberkan, komoditas kopi didesanya mulai dikembangkan sejak tahun 2019 lalu, dan mulai panen setahun berikutnya sampai pada saat ini. Dia mengaku dari puluhan hektare garapan petaninya itu, baru seperempat yang sudah menghasilkan dikarenakan waktu tanamnya yang bertahap.
“Kopi merupakan komoditas produk andalan kami, 2019 lalu kami mulai menjalankan program ini, 2020 sudah mulai panen sekitar 10 hektare dengan jumlah garapan lahan sekitar 32 hektare,” jelasnya. (ril/nir)