KENDARI, BKK – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Sulawesi Tenggara (Sultra) bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Konawe Selatan (Konsel) dan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) menjalin kerja sama yang ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU).
Kepala KPwBI Sultra Doni Septadijaya mengugkapkan, kerja sama ini merupakan komitmen Bank Indonesia (BI) dalam pengembangan desa devisa melalui produk Kopi Tolaki yang kini dalam proses pemasaran atau ekspor.
“Indonesia merupakan negara keempat sebagai produsen kopi dunia dengan pangsa hingga 9% dari pasokan kopi dunia dengan trend produksi yang tumbuh positif selama lima tahun terakhir,” ungkapnya, Kamis (11/8).
Disebutkan, berdasarkan catatan dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) menyatakan bahwa jenis Kopi Robusta dan Liberica masih sangat potensial untuk dikembangkan di Daerah Kawasan Timur Indonesia.
“Sehingga, Sultra juga memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan karena memiliki dataran rendah dan sangat potensial untuk menjadi salah satu daerah penghasil kopi di kawasan Timur Indonesia, khususnya untuk jenis Robusta,” ucapnya.
Dikatakan, pengembangan komoditas ini sejalan dengan visi Pemkab Konsel untuk mendorong desa yang lebih maju. Terlebih, Konsel merupakan salah satu daerah dengan potensi pengembangan komoditas kopi yang tinggi.
“Terdapat dua desa di Konsel untuk pengembangan Kopi Tolaki yaitu di Desa Amatowo dan Tridana Mulya di Kecamatan Landono. Konsel telah membudidayakan kopi ini sejak tahun 2015. Tentu didukung oleh berbagai potensi antara lain lahan perkebunan siap tanam tersedia hingga 212 hektar,” ujarnya.
Kemudian, lanjutnya, terdapat petani penangkar bibit, tersedia tenaga kerja yang mendukung, adanya kelembagaan yang baik. Tersedia pula pengecer pupuk dan pestisida serta terdapat pengepul kopi lokal.
Meskipun demikian, masih terdapat berbagai tantangan yang dihadapi dalam pengembangan kopi di Desa Amatowo dan Tridana Mulya tersebut. Di antaranya kualitas produk yang belum terstandarisasi, kapasitas produksi yang belum mampu memenuhi permintaan buyer, dan kurangnya edukasi petani dalam budidaya dan pengembangan usaha kopi.
Olehnya itu, BI Sultra bersama Pemkab Konsel dan LPEI bersinergi mendorong pengembangan klaster kopi di Desa Amatowo dan Tridana Mulya dalam program bersama yang diberi nama desa devisa. Tiga tahun ke depan, pihak BI akan terlibat langsung dan bersinergi dalam pengembangan desa devisa klaster kopi tolaki tersebut.
“Ke depan mampu menjangkau pasar ekspor melalui penguatan berbagai aspek. Baik produk, konsistensi dan keberlanjutan produksi, pemberdayaan masyarakat dan koordinasi antar lembaga, koordinasi antar lembaga desa devisa ekspor, produsen dan manajerial, maupun infrastruktur dan sarana penunjang lain,” tutupnya. (cr4/ada)