KENDARI, BKK – Sebanyak lima desa diusulkan untuk mewakili Sulawesi Tenggara (Sultra) pada pemilihan desa terbaik di ajang keterbukaan informasi publik tingkat nasional 2022.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Sultra I Gede Panca menyebutkan, kelima desa tersebut yakni Desa Terapung Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah (Buteng) dengan skor nilai 99, Desa Wapia-pia Kecatamatan Wangi-wangi Kabupaten Wakatobi dengan skor nilai 97, Desa Cialam Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) dengan skor nilai 95, Desa Wanuambuteo Kecamatan Lambandia Kabupaten Kolaka Timur (Koltim) dengan skor nilai 90, dan Desa Lantawunua Kecamatan Rumbia Kabupaten Bombana dengan skor nilai 85.
“Lima desa ini berasal dari usulan semua kabupaten tetapi DPMD bekerja sama dengan petugas pendamping desa yang ada di desa, mencoba mencari desa-desa yang paling cocok untuk kita lombakan ke pusat. Dari itu kita sudah dapat salah satu tenaga ahli pendamping desa yang telah mencari informasi desa mana yang paling cocok untuk dilombakan dan kita sudah dapat lima,” kata I Gede Panca, saat diwawancarai di ruang kerjanya, Kamis (3/11).
Dikatakan, lima desa tersebut telah memenuhi kriteria di antaranya segi komitmen telah ada. Misalnya, peraturan desa (perdes) dan peraturan kepala desa tentang keterbukaan informasi publik, sekaligus telah menyiapkan sumber daya manusia (SDM).
“Jadi SDM sudah ada serta pejabat pengelolanya, stafnya dan sarananya semua ada. Jadi memang banyak yang diusulkan tetapi setelah kita cermati dengan pendamping desa dan tenaga ahli pendamping dan dinas pemdes, kita putuskanlah lima ini paling bagus di antara sekian desa yang ada,” jelasnya.
Diakuinya, pada prinsipnya semua desa sudah berusaha terbuka tetapi ada beberapa desa belum mempunyai jaringan internet.
Disebutkan, ada 146 desa di Sultra belum tersentuh jaringan internet, sehingga susah untuk membuat program keterbukaan informasi publik tingkat desa.
“Jadi misalnya kalau dia disuruh melaporkan online seperti profil desa dan kelurahan, evaluasi desa dan kelurahan itu kan semua online. Jadi karena tidak ada jaringan dia tidak bisa dan dia biasanya pergi ke desa lain, nah ini kan keterbatasan,” ungkapnya.
Salah satu caranya mengatasi persoalan tersebut, lanjutnya, harus mendirikan base transceiver station (BTS) untuk menampung sinyal dari desa yang memiliki jaringan internet.
“inilah kita harapkan ada pihak yang bisa membantu desa tersebut,” ujarnya.
Dia pun berharap, lima desa yang mewakili Sultra bisa bersaing di tingkat nasional. Minimal bisa menyampaikan bahwa desa-desa di Sultra sudah mulai terbuka juga.
“Saya berharap ini akan menjadi juara karena sebenarnya lima desa ini sudah kita seleksi dengan teman-teman pendamping desa dan ini yang paling layak,” harapnya.
Ditambahkan, berdasarkan jadwal lomba, desk review berlangsung 2-9 November 2022, pendalaman lapangan/visitasi 14-25 November 2022, dan penghargaan apresiasi desa 8 Desember 2022. (cr3/ada)