KENDARI l, BKK – Pengamat Ekonomi Sulawesi Tenggara (Sultra) Dr Syamsir Nur mengungkapkan, inflasi di Sultra pada Februari tahun 2023 masih tetap terjadi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penanganan yang lebih optimal.
Dijelaskan, di Februari ini, masih triwulan pertama kecenderungan inflasi masih terus membayangi perekonomian Sultra. Pasalnya, inflasi juga merupakan salah satu penahan laju pertumbuhan ekonomi.
“Jika inflasi semakin tinggi, maka daya beli masyarakat akan menurun sehingga memicu perlambatan ekonomi,” ungkapnya, Jumat (10/2).
Ia menuturkan, kondisi harga pangan yang berkembang di pasar tradisional masih ada gejolak kenaikan harga terutama disebabkan kenaikan harga energi yang memicu tingginya harga tiket transportasi darat, udara, dan laut.
“Kemudian kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), yang diatur oleh pemerintah dan inflasi menjelang Ramadhan,” ujarnya.
Syamsir mengatakan, potensi inflasi di daerah juga diproyeksikan masih cenderung mengalami kenaikan, tetapi pertumbuhan ekonomi tidak akan mengalami penurunan.
“Salah satu upaya yang paling efektif untuk menekan inflasi yakni dengan melakukan pasar murah, karena dengan suplay yang banyak dan harga terjangkau maka masyarakat akan lebih tertarik membeli di pasar murah,” terangnya.
Operasi pasar, lanjutnya, juga merupakan suatu langkah yang efektif untuk menstabilkan harga di pasar tradisional sehingga memicu penurunan inflasi. Peran pemerintah daerah sudah cukup untuk menekan inflasi di daerah, namun harus dioptimalkan peran dari tim pengendalian inflasi daerah (TPID).
“Jadi, harus ada koordinasi yang baik oleh TPID dan pemerintah juga perlu melakukan kerja sama antar daerah dalam memastikan pasokan kebutuhan pangan,” tutupnya. (r5/ada)