Waspada DBD, Masyarakat Diimbau Terapkan PHBS

  • Bagikan
Ellfi.

KENDARI, BKK – Peralihan musim hujan ke musim panas seperti sekarang ini, diikuti dengan meningkatnya populasi nyamuk aedes aegypti yang merupakan penyebab terjadinya demam berdarah dengue (DBD).

Hal itu dibuktikan dengan meningkatnya kasus DBD di Kota Kendari pada Maret lalu yang mencapai 50 kasus, dibanding Februari yang hanya 25 kasus, serta Februari 24 kasus.

“Peningkatan kasus DBD di bulan Maret, karena peralihan musim dan curah hujan di bulan itu cukup tinggi,” ungkap Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kendari Ellfi, saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (4/4).

Dikatakan, dari 99 kasus DBD yang tercatat sejak Januari-Maret 2023, satu di antaranya meninggal dunia. Oleh karena itu, dia mengimbau masyarakat Kendari untuk selalu menjaga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

“Serta selalu ingat 3M plus yakni menguras penampungan air, mengubur barang bekas, menutup rapat tempat penampungan air,” ujarnya.

Sebisa mungkin, imbaunya lagi, masyarakat menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan kelambu saat tidur, lotion anti nyamuk, serta menggunakan pakaian lengan panjang untuk anak-anak.

“Jangan menggantung pakaian yang menjadi tempat bersarangnya nyamuk, teutama di rumah-rumah kos yang sering kita temukan dan pesantren-pesantren. Diharap masyarakat bisa bekerja sama,” imbaunya.

Sejauh ini pun, akunya, Dinkes Kendari terus melakukan sosialisasi agar masyarakat membudayakan PHBS sehingga kualitas kesehatan juga semakin meningkat. Idikatornya, penyakit DBD dan lainnya bisa menurun.

Lebih lanjut, dikatakan, jika terdapat ciri-ciri terkait DBD di rumah atau lingkungan sekitar segera ditindak. Sehingga, tidak ada kesan pembiaran.
Ciri paling khas dari DBD ialah demam lebih dari tiga hari dan perlu dibawa segera ke pelayan kesehatan .

“15 Puskesmas di Kendari yang kita miliki sekarang, sudah dapat mendeteksi secara cepat apakah seseorang itu DBD atau tidak,” terang dia.

Ditambahkan, kasus DBD di Kendari tertinggi ditemukan di Kecamatan Kadia dengan 19 kasus, disusul Kecamatan Mandonga, Wuawua dan Kecamatan Baruga.

Dari data yang diperoleh, seluruh kecamatan di Kendari memiliki kasus DBD. Paling rendah di Kecamatan Kendari yakni dua kasus. Sementara kasus meninggal terjadi di Kelurahan Bende Kecamatan Kadia.

“Jika dibanding tahun sebelumnya yakni 2022, beberapa kecamatan di Kota Kendari tidak memiliki kasus DBD. Namun di 2022 itu, enam orang meninggal dunia,” pungkasnya. (din/ada)

  • Bagikan