KENDARI, BKK- Penggagas program Kotak Amal Koin atau KAK di Kota Kendari, Sumardin SP MP berharap, dengan hadirnya program KAK di Kota Lulo ini uang koin atau sering disebut dengan receh ini tidak terabaikan lagi oleh masyarakat.
Bahkan uang koin diperlakukan sama dengan uang kertas. Apakah uang koin tersebut nominalnya Rp100, Rp200, Rp500 sampai Rp1000.
Menurut Alumni Program Pascasarjana (PPs) Universitas Halu Oleo (UHO), banyak faktor kenapa orang mengabaikan uang koin saat ini. Diantaranya, karena dianggap nilainya kecil dan masanya berat. Sehingga hampir tidak ada yang mau menyimpan uang koin di dompet dan kantong celana atau kantong baju.
“Kita berharap hadirnya program Kotak Amal Koin (KAK) di Kota Kendari ini, uang koin yang tadinya terabaikan menjadi tidak terabaikan. Bahkan diperlakukan sama dengan uang kertas,” ujarnya yang juga sebagai salah satuPendiri Yayasan Merdeka Belajar di Sultra, pada Selasa (1/8/2023).
Ia menjelaskan, hadirnya program KAK ini juga uang koin yang tadinya kurang termanfaatkan dengan baik bisa mempunyai nilai yang lebih untuk berbagi kepada sesama. Dimana outputnya atau luarannya mengurangi beban ekonomi keluarga serta memberikan semangat kepada penerima manfaat program KAK ini.
Ia berharap, program KAK ini dapat berjalan dengan baik dan diterima oleh seluruh lapisan masyarakat di Sultra khususnya di Kendari. Serta program ini dapat diadopsi oleh komunitas dan berbagai instansi untuk diterapkan di lingkungannya masing-masing sehingga memberikan manfaat yang jauh lebih luas.
“Langkah awal program KAK ini sudah diterapkan di lingkungan kerja atau kantor Harian Berita Kota Kendari kurang lebih sudah 1 bulan, dan mendapatkan respon yang sangat positif di lingkungan kerja,” pungkas pria yang suka disapa Madine itu
Diketahui, walaupun KAK hanya ditaruh di lingkup kantor Harian Berita Kota Kendari, tetapi ada saja para donatur dari luar kantor yang menghubungi penggagas untuk menyalurkan uang koinnya di program KAK ini. Dalam waktu dekat penyaluran donasi program KAK ini bakal segera disalurkan kepada mereka yang dianggap sangat membutuhkan, tentunya dengan berbagai kriteria, salah satunya penerima manfaat pekerja keras. (red)
