KENDARI, BKK – Untuk mewujudkan diversifikasi pangan dan juga mendukung keberhasilan program pangan B2SA (Bergizi, Beragam, Seimbang, dan Aman), Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tenggara (Sultra) terus optimalkan produksi sorgum.
Bahkan, untuk mengurangi konsumsi beras, Pemprov Sultra melakukan upaya diversifikasi pangan, dimana salah satu jenis serealia potensial yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti beras dan memliki kandungan gizi yang tinggi adalah sorgum.
Selain itu, sorgum juga merupakan tanaman pangan lahan kering yang potensial dikembangkan di Sultra, terlebih dalam kondisi saat ini.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distanak) Provinsi Sultra La Ode Muhammad Rusdin Jaya mengatakan, terkait diversifikasi pangan atau pangan alternatif, Pemprov Sultra sudah mengeluarkan perda terkait pangan lokal sejak tahun 2022.
Jadi, lanjutnya, setiap dinas terkait memiliki kewajiban masing-masing. Khusus Distanak Sultra, memiliki kewajiban untuk menjaga produksi pangan alternatif dan ketersediaan setiap tahun.
“Salah satunya mengoptimalkan produksi sorgum. Saat ini kita terus mendorong pengembangan sorgum sebagai pangan alternatif. Bahkan sorgum sudah mulai kita jajakan di pasar murah yang digelar Pemprov Sultra dengan harga Rp25 ribu per kilogram (kg),” ujar Rusdin, Minggu (22/10).
Mantan Kepala Biro Administrasi Pembangunan Sultra ini menuturkan, manfaat sorgum tengah didorong sebagai salah satu pangan alternatif di provinsi ini. Sorgum merupakan tanaman biji-bijian yang masih berkerabat dekat dengan padi dan jagung. Sorgum bisa dijadikan sebagai bahan dasar makanan pengganti nasi.
“Untuk wilayah Sultra, tanaman sorgum terbesar ada di Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) dan Kolaka Timur (Koltim),” katanya.
Dijelaskan, penangkaran sorgum yang disertifikasi di Konsel dari bulan Januari hingga April 2023 seluas 7 hektare (ha) dan di Koltim seluas 1,5 ha . Sementara pertanaman sorgum yang tidak disertifikasi (untuk konsumsi) seluas 15 ha di Kabupaten Konsel. Bahkan untuk tahun 2024 rencana penangkaran sorgum di Kabupaten Konsel seluas 50 ha.
“Sorgum juga ada di Balai Benih di Konawe, tapi produksinya tidak begitu besar dan hanya sekira 4 hektare. Tahun 2023 ini produksi sorgum di beberapa kabupaten juga masih sementara proses, semoga bisa dipanen dalam waktu dekat,” imbuhnya. (r4/nir)