Ilustrasi
KENDARI, BKK – Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tenggara (Sultra) merilis nilai impor Sultra pada Desember 2023 mencapai US$183,51 juta, naik 8,14% dibandingkan November 2023 atau naik 65,54% dibandingkan Desember 2023.
Kepala BPS Sultra Agnes Widiastuti mengatakan, volume impor Desember 2023 senilai 490,11 ribu ton, turun 1,56% dibandingkan November 2023 atau naik 120,82% dibandingkan Desember 2022.
Sedangkan, volume impor pada Desember 2023 tercatat 490,11 ribu ton atau turun 1,56% dibanding volume impor November 2023 yang tercatat 497,89 ribu ton.
“Selama periode Januari 2021-Desember 2023, nilai impor Sultra tertinggi tercatat pada Maret 2022, dengan nilai mencapai US$451,22 juta dan terendah tercatat di Februari 2021 yaitu US$71,00 juta. Sementara itu, volume impor tertinggi tercatat pada September 2021 yang mencapai 1.438,31 ribu ton, dan terendah di Februari 2022 dengan volume 36,99 ribu ton,” ungkapnya, Jumat (16/2).
Dijelaskan, peningkatan impor golongan barang terbesar Desember 2023 dibandingkan November 2023 adalah besi dan baja, senilai US$11,94 juta atau naik 25,59%.
“Tiga negara pemasok barang impor terbesar selama Desember 2023 adalah Singapura senilai US$51,55 juta, Afrika Selatan senilai US$47,22 juta, dan Tiongkok US$41,17 juta,” ucapnya.
Agnes menambahkan, menurut golongan penggunaan barang, impor Desember 2023 dibanding bulan sebelumnya mengalami kenaikan, yakni nilai bahan baku/penolong sebesar US$16,80 juta atau naik 10,64% dan golongan barang konsumsi naik signifikan sebesar 4.909,53% atau naik senilai US$2,90 juta.
Kemudian, total Impor Sultra Desember 2023 mengalami kenaikan 8,14% atau naik sebesar US$13,81 juta dibanding bulan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan kenaikan nilai impor dari negara Singapura senilai US$35,23 juta atau naik 215,88%, dan Afrika Selatan senilai US$12,15 juta atau naik sebesar 34,65%
“Dilihat dari peranannya, total dari tiga negara utama selama Desember 2023 adalah 76,26% terhadap total impor Desember 2023 dengan rincian Singapura sebesar 28,09%, diikuti Afrika Selatan sebesar 25,73%, dan Tiongkok sebesar 22,44%,” tutupnya. (r5/nir)