Ilustrasi. (FOTO:IST)
KENDARI, BKK- Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tenggara (Sultra) mencatat nilai impor Sultra pada Mei 2024, mencapai US$116,98 juta, naik 9,93% dibandingkan April 2024 atau turun 22,55% dibandingkan Mei 2023.
Statistisi Ahli Madya BPS Sultra, Erra Septy Vibriane, mengatakan volume impor Mei 2024 senilai 227,50 ribu ton, turun 25,24% dibandingkan April 2024 atau turun 42,10% dibandingkan Mei 2023.
“Peningkatan nilai impor golongan barang terbesar Mei 2024 dibandingkan April 2024 adalah bahan bakar mineral sebesar US$17,51 juta atau naik 29,46%,” ungkapnya, Sabtu (6/7).
Dijelaskan, selama periode Januari 2022 – Mei 2024, nilai impor Sultra tertinggi tercatat pada Maret 2022 dengan nilai mencapai US$451,22 juta dan terendah tercatat di Februari 2022 yaitu US$74,57 juta.
Sementara itu, untuk volume impor tertinggi tercatat pada Maret 2022 yang mencapai 684,68 ribu ton dan terendah di Februari 2022 dengan volume 36,99 ribu ton.
“Peranan Impor Sultra Mei 2024 menurut golongan barang HS 2 digit didominasi oleh kelompok komoditi bahan bakar mineral senilai US$76,93 juta atau 65,77% dan di urutan
kedua adalah kelompok komoditi besi dan baja senilai US$17,65 juta atau 15,09%,” ucapnya.
Dia menyebutkan jika dilihat dari peranannya, total lima golongan barang memberikan kontribusi sebesar 96,66% terhadap total impor Sultra Mei 2024.
“Tiga negara pemasok barang impor terbesar selama Mei 2024 adalah Malaysia senilai US$40,54 juta , Tiongkok senilai US$26,23 juta, dan Singapura US$21,98 juta,” jelasnya.
Dia menambahkan, dilihat dari perkembangannya, impor golongan barang Sultra Mei 2024 dibandingkan April 2024 terjadi peningkatan pada komoditas barang yang memberi peran terbesar yaitu pada komoditi bahan bakar mineral senilai US$17,51 juta atau aik 29,46%.
Begitu pula pada kelompok besi dan baja senilai US$3,81 juta atau naik 86,44%.
“Menurut golongan penggunaan barang, impor Mei 2024 dibanding bulan sebelumnya mengalami peningkatan yakni nilai bahan baku/penolong sebesar US$12,71 juta atau naik 14,09%, begitu juga dengan barang modal yang naik sebesar 2,35% atau naik senilai US$0,28 juta. Sedangkan barang konsumsi turun sebesar 57,11% atau turun senilai US$2,43 juta,” pungkasnya. (r5/r2)