LAWORO, BKK – Di tengah keterbatasan fasilitas, Pesantren Darul Mukhlasin As Saniy berusaha menciptakan santriwati yang unggul dalam ilmu agama. Hal ini ditandai dengan prestasi acara Wisuda kategori penghafal Qur’an, sebanyak 15 orang Santriwati yang dilaksanakan di Pesantren Darul Mukhlis As Saniy, yang terletak di Desa Kasakamu, Kecamatan Kusambi, Kabupaten Muna Barat, Rabu (15/1).
Pembina pesantren, Ustad Jamaludin mengatakan, pihaknya telah melaksanakan wisuda sugro, dimana wisuda sugro ini biasa dibuat pada semester 1 yang dikhususkan untuk anak-anak yang telah mampu menghafal Alquran.
“Agar nantinya orangtua dapat melihat anaknya mampu menghafal Alquran sebanyak 1 juz satu kali duduk dan juga bisa menambah semangat untuk mereka, agar lebih bergairah lagi menghafal juz-juz yang lain. Karena diwisuda itu kami berikan mereka sertifikat, medali dan kemudian kita undang orangtua atau pejabat agar nanti bisa memberi motivasi untuk mereka,” ujarnya, Rabu (15/1).
Ia mengatakan, santriwati yang diwisuda sebanyak 15 orang. Semetara santriwati yang masuk di 2025 sebanyak 13 orang, dan saat ini sedang mengejar hafalan Alquran.
Sebelumnya, telah dilakukan wisuda kubro (wisuda akhir tahun), tetapi santriwati tersebut tidak mencapai target untuk diwisudakan secara sugro, sehingga pihaknya lakukan 2 kali wisuda.
Dia menyebut, jumlah santriwati terdiri dari 66 laki-laki dan 26 perempuan. Dalam keseharian santriwati tersebut selalu berbahasa Arab, sehingga program baca Alquran diperbanyak dan pengetahuan umum hanya sedikit.
Ia mengatakan, masuk di pesantren tersebut mendaftar dulu, kemudian nanti ada surat pernyataan yang harus diisi oleh santri itu sendiri, karena didikan pondok pesantren itukan tidak sama dengan pendidikan di luar, sehingga nanti kalau ada komplain yang berlebihan ada perlindungan dari pernyataan yang sudah dibuat.
“Untuk pesantren ini mulai dari tamat SD sudah kita terima, jenjang SMP sampai SMA. Dengan status yayasan masih swasta, sehingga harapan untuk ke depannya untuk pesantren dapat berkembang baik dari jumlah siswa, kemudian pembangunannya juga. Karena ini baru berjalan sekitar 1,5 tahun.
Namun, di balik kemampuan yang diforsir untuk santriwati, pesantren tersebut masih memiliki keterbatasan. Baik dari segi bangunan, yakni gedung masih menggunakan masjid yang kemudian ruangan disekat.
“Biasa kita gunakan untuk belajar kalau memang ada pelajaran yang memang harus dipisah tidak bisa digabung. Itu kamar-kamar mereka kita gunakan untuk tempat mereka belajar, dan asrama hanya 3 ruaangan,” pungkasnya.
“Dengan fasilitas yang memadai, kami yakin pesantren ini bisa memberikan pendidikan yang lebih baik, dan mencetak generasi muda yang berprestasi di Muna Barat,” tutupnya. (k2/c/nir)