Penduduk Miskin di Sultra Turun

  • Bagikan
Plt Kepala BPS Sultra, Surianti Toar

KENDARI, BKK – Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tenggara (Sultra) mencatat, persentasi penduduk miskin pada September 2024 sebesar 10,63%, menurun 0,58% poin terhadap Maret 2024. Jumlah penduduk miskin pada September 2024 sebesar 305,27 ribu orang, turun 14,44 ribu orang terhadap Maret 2024.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala BPS Sultra Surianti Toar mengatakan, sepanjang periode September 2017 hingga Maret 2020, perlahan tapi pasti persentasi penduduk miskin di Sultra terus mengalami penurunan. Penurunan persentasi penduduk miskin tersebut terhenti sejak memasuki masa pandemi Covid-19.

Dijelaskan, pada September 2020, persentasi penduduk miskin mengalami peningkatan yang cukup tinggi, dari 11,00% menjadi 11,69% atau aik 0,69% poin.

Peningkatan ini terus terjadi hingga September 2021. Pascapandemi Covid-19 tingkat kemiskinan di Sultra masih fluktuatif, sempat mengalami penurunan di periode Maret 2022, kemudian kembali naik pada periode berikutnya, dan pada September 2024, tingkat kemiskinan berhasil turun di angka 10,63%.

“Hal ini didukung mulai membaiknya kondisi perekonomian di Sultra secara umum,” ungkapnya, Rabu (15/1).

Surianti menuturkan, jumlah penduduk miskin di Sultra pada September 2024 mencapai 305,27 ribu orang. Dibandingkan Maret 2024, jumlah penduduk miskin menurun 14,44 ribu orang. Sementara jika dibandingkan dengan Maret 2023, jumlah penduduk miskin turun sebanyak 16,26 ribu orang.

“Persentasi penduduk miskin pada September 2024 tercatat sebesar 10,63%, turun 0,58% terhadap Maret 2024 atau turun 0,80%
terhadap Maret 2023,” ucapnya.

Kemudian, berdasarkan daerah tempat tinggal pada periode Maret 2024–September 2024, jumlah penduduk miskin di perkotaan turun sebesar 6,84 ribu orang, sedangkan di perdesaan turun sebesar 7,60 ribu orang.

“Persentasi penduduk miskin di perkotaan turun 0,67% dari 7,45% menjadi 6,78%. Sementara itu, di perdesaan turun 0,53% dari 13,60% menjadi 13,07%,” ujarnya.

Surianti mengungkapkan, berdasarkan daerah tempat tinggal pada periode Maret 2024 sampai eptember 2024, garis kemiskinan di daerah perkotaan mengalami kenaikan sebesar 1,61%.

“Pada Maret 2024 garis kemiskinan sebesar Rp485.632/kapita per bulan, dan menjadi Rp493.453 per kapita per bulan pada September 2024. Sedangkan di daerah perdesaan mengalami kenaikan sebesar
2,72%, dimana sebelumnya Rp448.359 per kapita per bulan menjadi Rp460.567 per kapita per bulan pada September 2024,” jelasnya.

Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM).

“Peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan. Besarnya sumbangan GKM terhadap GK pada September 2024 sebesar 74,66,” cetusnya.

Surianti menambahkan, pada September 2024, komoditas makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada GK, baik di perkotaan maupun di perdesaan, pada umumnya hampir sama. Beras masih memberi sumbangan terbesar yakni sebesar 24,52% di perkotaan dan 25,83% di perdesaan.

“Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar kedua terhadap GK atau 8,76% di perkotaan dan 11,43% di perdesaan. Komoditas lainnya adalah roti 4,00% di perkotaan dan 4,39% di perdesaan, telur ayam ras 3,81% di perkotaan dan 3,26% di perdesaan, kue basah 3,36% di perkotaan dan 3,13% di perdesaan,
tongkol/tuna/cakalang 3,11% di perkotaan dan 3,39% di perdesaan, kembung 2,47% di perkotaan dan 1,86% di perdesaan, gula pasir 1,57% di perkotaan dan 2,14% di perdesaan, mie instan 1,37% di perkotaan dan 1,63% di perdesaan,” tutupnya. (r5/c/nir)

  • Bagikan

Exit mobile version