KENDARI, BKK- Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tenggara (Sultra) mencatatkan nilai tukar petani (NTP) Februari 2025 mengalami penurunan sedalam 1,31% dibandingkan NTP Januari 2025, yaitu dari 120,03 menjadi 118,45
Plt. Kepala BPS Sultra Surianti Toar mengatakan penurunan NTP pada Februari 2025 disebabkan oleh penurunan indeks harga hasil produksi pertanian dibandingkan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga yang mengalami peningkatan.
“Penurunan NTP Februari 2025 dipengaruhi oleh turunnya NTP beberapa subsektor pertanian,
yaitu subsektor hortikultura sedalam 1,85%, subsektor tanaman perkebunan rakyat 2,70%, dan subsektor peternakan 0,84%,” ungkapnya, Rabu (12/3).
Sementara, subsektor lainnya mengalami peningkatan, yaitu subsektor tanaman pangan 0,87% dan subsektor perikanan 1,45%.
Dijelaskan, pada Februari 2025, It turun sedalam 0,60% dibanding It Januari 2025, yaitu dari
143,09 menjadi 142,23.
“Penurunan It pada Februari disebabkan oleh turunnya It dibeberapa subsektor pertanian, yaitu subsektor hortikultura sedalam 1,03%, subsektor tanaman perkebunan rakyat sedalam 1,93%, dan subsektor peternakan sedalam 0,17%,” ucapnya.
Surianti menuturkan, melalui Ib dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakatnperdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.
Lanjutnya, pada bulan Februari 2025, indeks harga yang dibayar petani naik sebesar 0,72% dibandingkan bulan Januari 2025 yaitu dari 119,21 menjadi 120,07.
“Kenaikan indeks ini disebabkan karena naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (KRT) sebesar 0,83% dari 119,21 menjadi 120,21, dan indeks BPPBM sebesar 0,18%,” pungkasnya. (r5/c/r2)