KENDARI, BKK- Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tenggara (Sultra) mencatatkan pada Maret 2025, NTP Maret 2025 mengalami penurunan sedalam 3,22% dibandingkan NTP Februari 2025, yaitu dari 118,45 menjadi 114,65.Plt. Kepala BPS Sultra Surianti Toar mengatakan penurunan NTP pada Maret 2025 disebabkan oleh penurunan indeks harga hasil produksi pertanian dibandingkan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga yang mengalami peningkatan. Dijelaskan, penurunan NTP Maret 2025 dipengaruhi oleh turunnya NTP beberapa subsektor pertanian, yaitu subsektor tanaman perkebunan rakyat sedalam 6,51%, subsektor peternakan 0,80%, dan subsektor perikanan 0,44%. “Sementara subsektor lainnya mengalami peningkatan, yaitu subsektor tanaman pangan 1,37% dan subsektor hortikultura 0,49%,” ungkapnya, Jumat (11/4). Surianti menuturkan, pada Maret 2025, It turun sedalam 1,56% dibanding It Februari 2025, yaitu dari 142,23 menjadi 140,02. “Penurunan It pada Maret disebabkan oleh turunnya It subsektor tanaman perkebunan rakyat sedalam 4,80%,” jelasnya. Lanjutnya, ada 10 komoditas utama yang mengalami kenaikan terbesar indeks harga yang diterima petani bulan Maret 2025 adalah gabah, kelapa, pisang, ayam ras pedaging, cengkeh, telur ayam ras, cabai merah, ikan tongkol, kelapa sawit, dan jeruk.Sedangkan, komoditas utama yang mengalami penurunan terbesar indeks harga yang diterima petani adalah kakao/coklat biji, nilam, jagung, rumput laut, kacang panjang, sapi potong, kemiri, lada/merica, kangkung, dan ketimun.Surianti menyebutkan, melalui Ib dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.Pada bulan Maret 2025, indeks harga yang dibayar petani naik sebesar 1,71% dibandingkan bulan Februari 2025 yaitu dari 120,07 menjadi 122,13. “Kenaikan indeks ini disebabkan karena naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (KRT) sebesar 2,02% dari 120,21 menjadi 122,63, dan indeks BPPBM sebesar 0,43%,” cetusnya. Dia menambahkan, dari 6 provinsi di Pulau Sulawesi yang melakukan penghitungan NTP pada bulan Maret 2025, beberapa provinsi mengalami kenaikan NTP. “Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Gorontalo sebesar 4,05%, diikuti Sulawesi Utara sebesar 0,77%, dan provinsi yang mengalami penurunan NTP terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan sedalam 0,37%, Sulawesi Tenggara sedalam 3,22%, Sulawesi Tengah sedalam 3,98% dan Sulawesi Barat sedalam 4,84%,” pungkasnya. (r5/c/r2)