Ekspor Sultra Bakal Alami Tekanan Perlambatan, Dampak Tarif Pajak Amerika

  • Bagikan
Pengamat Ekonomi Sultra, Syamsul Anam

KENDARI, BKK – Tarif pajak Amerika Serikat (AS) dapat berdampak terhadap ekonomi regional, terutama bagi negara-negara yang memiliki hubungan perdagangan erat dengan AS. Tarif yang dikenakan AS, seperti tarif impor yang diumumkan Donald Trump, dapat meningkatkan biaya ekspor dan menurunkan daya saing produk domestik di pasar AS seperti yang dialami Indonesia. Pengamat Ekonomi Sultra, Syamsul Anam mengungkapkan untuk memulihkan ekonomi di negaranya, Amerika Serikat mengeluarkan kenaikan tarif pajak impor ke beberapa negara mitra dagangnya. Amerika Serikat mengalami defisit perdagangan, sehingga memicu penerapan tarif pajak resiprokal sebesar 32%. Dijelaskan, Amerika Serikat dan Tiongkok merupakan dua negara yang mempelopori perdagangan global, hampir seperdua pangsa pasar perdagangan global itu dikuasai oleh dua negara tersebut. “Jika saling serang terutama dari sisi tarif pajak, maka perdagangan dunia pasti akan mengalami gangguan. Di Indonesia sebenarnya, negara Amerika dan Tiongkok merupakan mitra dagang utama, tapi dalam 1 dekade ini Tiongkok itu menjadi mitra dagang yang paling intensif dengan Indonesia,” kata Syamsul Anam saat dihubungi lewat telepon genggamnya, Senin (28/04). Dia menuturkan, dampak tarif pajak AS terhadap ekonomi regional Sultra yaitu peningkatan biaya ekspor, karena tarif impor yang tinggi akan meningkatkan biaya yang harus dikeluarkan oleh eksportir. Kedua, akan mengalami gangguan pasar, karena tarif impor yang lebih tinggi menyebabkan biaya produksi dan harga konsumen turut meningkat. “Jika, Tiongkok mengalami perlambatan, maka Indonesia juga pasti akan mengalami perlambatan. Komponen ekspor dan impor Indonesia pada umumnya yaitu produk pertanian dan perikanan. Ekspor Sultra didominasi oleh sektor industri pengolahan, kedua adalah sektor pertanian,” ucapnya. “Tiongkok dan Amerika Serikat mengalami perlambatan, berarti secara regional ekspor Sultra juga akan mengalami tekanan,” ucapnya. Dia menambahkan, jika ekonomi Tiongkok mengalami perlambatan maka yang perlu di lakukan yaitu menyasar cadangan ekspor ke negara lain yang membutuhkan. Misalnya, sebut dia, ke Timur Tengah dengan memasok produk pertanian dan perikanan, atau Korea dan Jepang walaupun mengalami perlambatan tetapi tidak mengalami tekanan. “Sementara itu, untuk ekspor harus menyasar produk lain, seperti pertanian dan kehutanan serta menyasar pangsa pasar yang baru. Disisi lain impor kita perlu dijaga, sehingga tidak mengganggu stabilitas ekonomi,” tutupnya. (r5/c/nir)

  • Bagikan