Peningkatan Transaksi Ekspor dan Impor Tekan Nilai Rupiah

  • Bagikan
Pengamat Ekonomi Sultra, Syamsul Anam.

KENDARI, BKK – Nilai tukar (kurs) rupiah melemah seiring efek dari kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) terkait tarif pajak yang diberlakukan ke berbagai negara. Rupiah tertekan karena persepsi pasar atas kenaikan tarif barang yang menurunkan daya beli.Potensi tekanan pelemahan rupiah terhadap dolar AS pada akhir pekan lalu capai Rp16.680. Sementara untuk nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan pekan lalu juga melemah diangka Rp16.561 per dolar AS. Pengamat Ekonomi Sulawesi Tenggara (Sultra), Syamsul Anam mengatakan, secara psikologis rupiah bisa tertekan dari pelemahan aktivitas ekonomi. Kemudian, lanjutnya, pelemahan uang rupiah juga berkaitan dengan fundamental perekonomian dalam negeri yang ikut berpengaruh terhadap posisi nilai tukar rupiah. “Saat ini posisi perekonomian domestik kita itu sedikit mengalami perlambatan. Kebijakan kenaikan tarif pajak juga berdampak pada sektor konstruksi yang bakal mengalami penurunan, belanja modal akan mengalami penurunan,” ungkapnya, Sabtu (17/5). Dijelaskan, kenaikan nilai tukar rupiah sebenarnya mengacu pada apresiasi atau penguatan rupiah terhadap mata uang asing, terutama dolar AS. Namun, sambungnya, dilihat dari dampak pelemahan rupiah terhadap perekonomian Indonesia, bakal berdampak pada peningkatan harga transaksi impor yang lebih mahal dan pelemahan rupiah dapat meningkatkan daya saing produk ekspor Indonesia di pasar internasional. Selain itu, kata Syamsul, pelemahan rupiah dapat mendorong inflasi yang lebih tinggi di daerah karena harga barang impor meningkat, termasuk pangan seperti gula, daging sapi, dan kedelai.Olehnya itu, menurutnya, pemerintah perlu mengelola kenaikan nilai tukar rupiah dengan bijaksana, untuk memastikan dampak positif terhadap ekspor seimbang dengan dampak negatifnya pada harga impor dan daya beli masyarakat. “Jika nilai wajarnya rupiah itu sendiri kisaran Rp15.600 dan bergerak Rp17.000. Kelemahan rupiah juga terjadi karena peningkatan permintaan transaksi. Berkaitan juga dengan fundamental perekonomian dalam negeri yang ikut berpengaruh terhadap rupiah, sehingga perekonomian domestik sedikit mengalami perlambatan,” pungkasnya. (r5/c/nir)

  • Bagikan