KENDARI, BKK – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tenggara (Sultra) melalui Dinas Pariwisata menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) Penggerak Desa Wisata Sultra, Kamis (12/6), bertempat di salah satu hotel di Kota Kendari. Acara ini dibuka secara resmi oleh Gubernur Sultra yang diwakili oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Sultra, Asrun Lio.
Dalam sambutannya, Sekda Asrun Lio menekankan bahwa rakor ini merupakan momen strategis untuk memperkuat arah kebijakan serta kolaborasi lintas sektor dalam pengembangan desa wisata yang berdaya saing, berkelanjutan, dan inklusif.
“Pembangunan desa wisata bukan hanya soal ekonomi atau destinasi. Ini menyangkut ruang hidup masyarakat yang memerlukan pendekatan menyeluruh sosial, budaya, lingkungan, dan ekonomi,” ujarnya.
Ia menyoroti perubahan tren pariwisata pascapandemi yang kini lebih menekankan pada keaslian budaya, ekowisata, kesehatan, dan tanggung jawab sosial. Menurutnya, desa wisata harus dirancang tidak hanya menarik dan nyaman, tetapi juga aman dan tangguh, terutama dalam menghadapi ancaman bencana.
“Mitigasi bencana menjadi keharusan dalam setiap pengembangan desa wisata, apalagi Sultra adalah provinsi dengan tingkat aktivitas seismik yang tinggi serta rentan terhadap bencana hidrometeorologi akibat perubahan iklim,” jelasnya.
Asrun Lio juga menyoroti pentingnya peran desa wisata dalam mendukung ketahanan pangan lokal, melalui penguatan sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan berbasis kearifan lokal.
Ia menekankan bahwa 325 desa wisata yang tersebar di Sultra merupakan kekuatan besar untuk mendorong pariwisata berkelanjutan, memperkuat ekonomi desa, dan menciptakan lapangan kerja.
Beberapa desa wisata di Sultra, menurutnya, telah meraih penghargaan nasional melalui Anugerah Desa Wisata Indonesia, yang mencerminkan potensi dan prestasi yang layak diapresiasi.
Sekda juga mengajak perguruan tinggi untuk lebih intensif dalam mendampingi desa wisata melalui riset, inovasi, dan pengembangan kapasitas SDM lokal. Ia mendorong keterlibatan aktif Organisasi Perangkat Daerah (OPD) provinsi, lembaga vertikal seperti Bank Indonesia, BKSDA, Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Dinas Kelautan dan Perikanan, serta BUMN seperti PT PLN.
“Namun, kita juga tidak menutup mata terhadap tantangan yang ada minimnya inovasi, rendahnya kualitas SDM, hingga kerentanan terhadap bencana,” tegasnya.
Rakor ini disebut penting untuk menyatukan visi, mensinergikan program, serta mencari solusi konkret untuk pengembangan desa wisata yang profesional, legal, dan inklusif. Ia mengajak seluruh kabupaten/kota menyusun regulasi yang memperkuat kelembagaan pengelola wisata serta memastikan SDM lokal memiliki kemampuan dan sertifikasi yang memadai.
“Kita jadikan momentum ini sebagai titik tolak untuk menciptakan desa wisata yang tangguh, berdaya saing, dan adaptif terhadap perubahan zaman,” pungkasnya.
Asrun Lio juga memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada para tokoh penggerak desa wisata dan pelaku lapangan yang telah menjadikan desa sebagai ruang wisata hidup yang penuh semangat gotong royong.
Hadir dalam Rakor ini antara lain:Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata yang diwakili oleh Asisten Deputi Amenitas dan Aksesibilitas, Dwi Marhen Yono; Ketua Asosiasi Desa Wisata Indonesia, Andi Yuwono beserta tim; Pimpinan perguruan tinggi Sultra (Rektor Unsultra, ITK Buton, Dekan Fakultas Perikanan UHO dan UMK);
Kemudian, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sultra, yang telah mendukung berbagai sarana dan prasarana di sejumlah desa wisata; Direktur Pengamanan Objek Vital Nasional Polda Sultra, yang telah berperan dalam pembentukan unit polisi pariwisata; Pimpinan PT PLN Unit Pembangkit Sultra;
Pimpinan instansi vertikal dan OPD lingkup Pemprov Sultra; Kepala Bappeda dan Dinas Pariwisata se-Sultra; Pimpinan asosiasi usaha dan profesi pariwisata seperti PHRI, IHGMA, ASITA, Astindo, IHSA, GenPI; Pimpinan asosiasi media (PWI, AJI, IJTI, AMSI, JMSI); Para kepala desa, pengelola desa wisata, komunitas, dan pegiat pariwisata.
Rakor ini diharapkan mampu menjadi titik awal sinergi dan penguatan desa wisata di Sultra sebagai motor penggerak ekonomi kreatif dan pariwisata berkelanjutan. (r4/c/r2)