Akademisi Tekankan Pendekatan Psikologi Islam Tangani Kesehatan Mental

  • Bagikan
Amril, S.Pd.I., M.Si. (FOTO:IST)

KENDARI, BKK- Dalam beberapa pekan terakhir, masyarakat Kendari digemparkan meningkatnya kasus kehilangan harapan hidup, khususnya yang terjadi di Jembatan Teluk Kendari (JTK).

Fenomena ini menimbulkan keprihatinan mendalam dari berbagai pihak, termasuk kalangan akademisi yang menilai persoalan kesehatan mental perlu mendapatkan perhatian lebih serius.

Ketua Program Studi (Prodi) Psikologi Islam Universitas Muhammadiyah (UM) Kendari, Amril, S.Pd.I., M.Si menyampaikan, tren ini menunjukkan adanya kegentingan dalam menyikapi kondisi mental masyarakat.

Ia menekankan, gangguan psikologis bukan hal yang layak dijadikan bahan candaan atau dianggap remeh.

“Kualitas kesabaran setiap orang berbeda. Ketika Allah memberi ujian, itu karena Allah percaya kita mampu melewatinya. Ujian tidak untuk merendahkan, tapi untuk mengangkat derajat manusia,” ujar Amril, pada Sabtu (14/6).

Menurutnya, faktor utama yang mendorong seseorang sampai kehilangan harapan hidup umumnya adalah depresi berat.

Pemicunya beragam, mulai dari tekanan ekonomi, hubungan personal, hingga masalah yang tidak selalu dapat diungkapkan.

Kurangnya ruang aman untuk berbagi sering membuat seseorang merasa terasing dan menutup diri dari bantuan. Banyak yang enggan mencari pertolongan profesional karena tidak terbiasa membuka diri.

“Di sinilah pentingnya kita sebagai masyarakat untuk lebih peka terhadap perubahan sikap atau emosi orang di sekitar kita,” katanya.

Keluarga dan lingkungan sosial dinilai memiliki posisi penting dalam menjaga keseimbangan psikologis seseorang. Ia mengingatkan, ucapan atau tindakan kecil dapat berdampak besar bagi mereka yang sedang dalam tekanan.

“Persepsi itu sangat subjektif. Apa yang bagi kita hanyalah gurauan, bisa menjadi luka bagi orang lain. Berhenti membandingkan pencapaian orang, karena setiap individu punya jalur hidup masing-masing,” ucapnya.

Ia mengungkapkan, Psikologi Islam menawarkan pendekatan yang menyeluruh dalam menangani gangguan psikologis, dengan mengintegrasikan aspek spiritual ke dalam proses pemulihan.

Praktik dzikir, refleksi, dan mendekatkan diri kepada Tuhan dinilai bisa menjadi metode terapi yang membantu seseorang kembali menemukan makna hidupnya.

“Psikologi Islam tidak hanya fokus pada pengobatan gejala, tetapi juga penguatan spiritual dan moral individu. Ini memberi daya tahan batin yang lebih kokoh dalam menghadapi ujian hidup,” jelasnya.

Ia menyampaikan pesan khusus kepada generasi muda di Kendari, tidak ada salahnya mencari bantuan ketika merasa tak mampu menghadapi beban hidup seorang diri.

“Jangan kehilangan harapan. Dalam Islam, iman memang menjadi kekuatan utama, tapi kita juga butuh dukungan dari sesama. Bahkan para nabi sekalipun membutuhkan kerabat dalam menghadapi tantangan. Jangan ragu mencari teman yang bisa menguatkan,” pungkasnya. (din/r2)

  • Bagikan