LAWORO, BKK – Harga minyak nilam di Kabupaten Muna Barat (Mubar) anjlok, petani menjerit.
Petani pun menduga ada permainan tengkulak, dan berharap mendapatkan perhatian dari pemerintah pusat maupun daerah.
Seorang Petani Nilam Farid mengatakan, bahwa dalam beberapa bulan terakhi, harga nilam terus menerus turun. Berdasarkan harga maksimal yang Rp2.000.000 lebih per kilogram, kini harga minyak nilam hanya berkisar Rp.650.000, bahkan hingga Rp600.000 di beberapa tempat lainnya.
Dijelaskan, tidak stabilnya harga dan terus menurunnya harga ini membuat banyak petani nilam mengalami kerugian. Biaya pegolahan lahan, penanaman, perawatan sampai proses panen, hingga penyulingan tidak lagi sebanding dengan hasil penjualan.
“Harga nilam turun terus sehingga pendapatan tidak cukup menutup ongkos pengolah lahan, penanaman, perawatan hingga sampai panen, di tambah lagi biaya penyulingan yang juga terus naik,” keluhnya, Selasa (1/7).
Anjloknya harga ini diduga akibat menurunnya permintaan dari pasar, khususnya pembeli minyak nilam. Para petani juga mencurigai adanya permainan harga oleh tengkulak yang memanfaatkan situasi, ditambah lemahnya pengawasan dari Pemerintah Kabupaten Mamuju.
“Kami menduga ada permainan harga oleh tengkulak, buktinya hampir tiap bulan bahkan tiap pekan harganya menurun, dan harga ditiap tengkulak berbeda,” katanya.
Dengan adanya kondisi ketidak stabilan harga minyak tersebut, Farid berharap agar pemerintah pusat maupun daerah dapat memperhatikan, dengan melakukan pengawasan akan persolaan ini.
“Kami berharap pemerintah pusat maupun daerah dapat memperhatikan masalah petani nilam ini, terutama terkait pengawasan terhadap pembeli, perusahaan sampai pada tengkulak,” pungkasnya. (k2/c/nir)