Kriya Bambu Kapota, Interior Etnik dari Wakatobi

  • Bagikan
Ilustrasi

Kendari, BKK- Jika Anda berkunjung ke Pulau Kapota, Wakatobi, jangan hanya terpikat oleh pasir putih dan kejernihan lautnya. Di balik keindahan alam itu, tersembunyi warisan budaya yang terus hidup: kerajinan bambu.

Hampir setiap rumah tangga di pulau kecil ini memiliki keterampilan menganyam bambu—tradisi turun-temurun yang kini menjadi sumber penghidupan utama. Dari tangan-tangan terampil para ibu rumah tangga, bambu diolah menjadi aneka produk seperti keranjang, dinding jalaja, alat penangkap ikan, hingga furnitur bernilai seni tinggi.

Salah satu tokoh kreatif yang menonjol adalah Suhaeri, pendiri Kreatif Bambu Kapota. Ia memadukan teknik anyaman tradisional dengan sentuhan desain modern untuk menghasilkan produk seperti kursi ranjang, meja bambu, tirai alami, hingga kap lampu gantung bernuansa etnik. Semuanya dibuat dari bambu pilihan yang telah melalui proses perendaman di air laut selama dua minggu agar tahan lama dan anti hama.

Produk Suhaeri tidak hanya menarik secara visual, tapi juga ramah lingkungan. Ia juga mengolah besek bambu sebagai pengganti kantong plastik—solusi kreatif yang mendukung gaya hidup berkelanjutan.
Berkat sentuhan estetika dan keunikan bahan lokal, produk kriya bambu Kapota mulai menarik perhatian wisatawan dan kolektor barang interior etnik. Bahkan, tak sedikit pejabat dan pelaku pariwisata yang memilih produk ini sebagai suvenir atau dekorasi untuk villa dan penginapan.

Kapota membuktikan bahwa pariwisata tak hanya soal panorama, tetapi juga cerita dan budaya. Ketika Anda datang, jangan lupa mampir ke bengkel bambu para perajin lokal. Anda bisa melihat langsung proses pengerjaannya, bahkan memesan furnitur custom sesuai selera.

Lebih dari sekadar oleh-oleh, membawa pulang kerajinan bambu Kapota berarti ikut menjaga kelestarian budaya dan alam pulau kecil yang penuh pesona ini.(adv)

  • Bagikan