Kendari, BKK- Di Konawe Selatan di Sulawesi Tenggara, limbah kayu—yang dulu dianggap tak bernilai—kini berubah menjadi kerajinan bernilai seni tinggi, berkat tangan-tangan kreatif para perajin lokal.
Salah satu ikon dari kebangkitan ekonomi kreatif berbasis lingkungan ini adalah Ano Art, komunitas pengrajin limbah kayu asal Desa Iwoi Mendoro, Kecamatan Basala. Di sini, pengunjung bisa menyaksikan langsung bagaimana sisa potongan kayu diubah menjadi mainan edukatif, pernak-pernik etnik, alat dapur, hingga suvenir artistik.
Produk-produk Ano Art lahir dari limbah kayu jati dan sisa produksi mebel, yang selama puluhan tahun hanya dibakar atau dibuang. Kini, kayu-kayu itu dipahat, diampelas, lalu diberi sentuhan estetika untuk menjadi benda yang bukan hanya fungsional, tapi juga punya cerita.
Bayangkan, sendok dan garpu kayu elegan, sandal berbahan kayu ringan, gelang, cincin, serta miniatur kapal Pinisi—semuanya dibuat dari limbah yang semula tak berguna. Harga suvenirnya pun sangat terjangkau, variatif, tergantung ukuran dan kompleksitas.
Diar, pendiri Ano Art sekaligus seniman rupa, memimpin proses kreasi ini dengan pendekatan seni kontemporer. Latar belakangnya sebagai pelukis membuat setiap potong kayu seolah menjadi kanvas baru yang punya nilai filosofis.
“Kayu-kayu ini awalnya dibuang. Tapi bagi kami, mereka masih punya hidup—asal disentuh dengan imajinasi dan cinta,” ujarnya.
Kini, desa-desa kreatif seperti Pangan Jaya dan Iwoi Mendoro menjadi tujuan wisata baru. Kegiatan ini tak hanya meninggalkan kesan, tapi juga membantu mendukung ekonomi lokal dan pelestarian lingkungan. Tak heran, kerajinan ini kini menembus pasar nasional hingga dipamerkan di ajang kreatif bergengsi seperti Pasar Akhir Pekan SCBD, Jakarta.
Kerja sama antara Bekraf (kini bagian dari Kemenparekraf) dan Dinas Pariwisata Konawe Selatan sejak 2016 telah menumbuhkan semangat baru. Lewat pelatihan desain, teknik pahat, hingga pemasaran digital, para pengrajin lokal kini mampu bersaing dengan pelaku industri kreatif dari kota besar.
Menurut Hari Sungkari, mantan Deputi Infrastruktur Bekraf, “Kerajinan limbah kayu Konawe Selatan punya daya saing tinggi. Jika dikelola terus dari hulu ke hilir, akan jadi contoh nasional bagaimana ekonomi kreatif bisa tumbuh dari akar budaya dan sumber daya lokal.” (adv)