Proses Pembuatan Anyaman Sorume dari Anggrek Hutan Langka

  • Bagikan
Ragam produk kerajinan dari Sorume. (Foto: mataiwoi.desa.id)

Kendari, BKK- Di pedalaman Desa Ameroro, Kecamatan Uepai, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, tersembunyi sebuah proses kerajinan tangan yang penuh keuletan, ketelitian, dan kecintaan terhadap alam. Sorume—anyaman tradisional khas suku Tolaki—tidak sekadar barang kerajinan, tapi buah dari proses panjang yang menyatu dengan ritme hutan dan kearifan lokal.

Segalanya dimulai dari hutan. Bahan utama Sorume adalah batang tanaman anggrek tanah, tanaman liar yang tumbuh di hutan Konawe dengan suhu yang sejuk. Karena habitatnya makin menyusut akibat perubahan iklim, mencari anggrek ini menjadi tantangan tersendiri.

Tak semua orang bisa mengambilnya. Lokasinya terpencil, dan hanya beberapa warga yang mengetahui tempat-tempat tumbuhnya.

Setelah berhasil dibawa dari hutan, batang anggrek terlebih dahulu dijemur di bawah sinar matahari. Tujuannya adalah mengurangi kadar air dan memudahkan proses perendaman berikutnya. Penjemuran ini dilakukan hingga batang mulai mengering, tapi tetap fleksibel.

Tahapan ini disebut sebagai inti dari proses Sorume. Batang anggrek yang sudah dijemur direndam dalam air selama satu minggu penuh. Proses ini tidak bisa dipercepat. Jika batang belum lunak setelah tujuh hari, ia harus direndam lebih lama.

Perendaman ini penting untuk melunakkan serat batang agar bisa dililit dan dianyam tanpa patah atau sobek. Proses ini juga membersihkan getah alami serta mengawetkan serat secara alami.

Setelah direndam dan menjadi cukup lentur, batang anggrek dililitkan dengan hati-hati pada sebatang bambu kering. Lilitan ini bertujuan untuk membentuk struktur serat yang rata dan rapi, sekaligus menjaga agar bahan tidak menggulung sendiri saat dijemur lagi.

Setelah pelilitan, batang kembali dijemur selama tiga hari. Tahap ini memastikan bahan benar-benar kering namun tetap lentur, siap untuk dianyam secara manual. Warna alami anggrek akan mulai terlihat: keemasan, krem, hingga kekuningan yang menjadi ciri khas Sorume.

Inilah inti dari seni Sorume. Setiap helai serat dianyam satu per satu dengan tangan, tanpa bantuan mesin. Motif geometris yang dihasilkan bukan hanya indah, tetapi juga mewakili struktur sosial dan filosofi hidup masyarakat Tolaki.

Waktu pengerjaan bervariasi, tergantung produk:
• Tikar adat: hingga 1 bulan
• Kopiah adat: 7–10 hari
• Tempat tisu, dompet, figura: 3–5 hari

Hasil anyaman kemudian dirakit menjadi berbagai produk seperti:
• Tikar Sorume Niwalu (tikar adat berbalut kain beludru merah-hitam)
• Songko adat
• Dompet, tas, figura, tempat tisu

Semua produk diproses secara alami tanpa pewarna buatan, menghasilkan kerajinan etnik yang tahan lama, ramah lingkungan, dan sarat makna budaya.

Proses pembuatan Sorume tidak dapat dilakukan oleh mesin modern. Keunikan tekstur dan sifat serat anggrek hanya bisa ditangani dengan tangan manusia yang sabar dan terampil. Inilah yang menjadikan Sorume bukan hanya sebagai suvenir, tapi warisan budaya hidup.

Sorume telah menembus pasar nasional dan tampil di berbagai pameran pariwisata. Produk ini kini menjadi ikon budaya Konawe dan Sultra, serta bentuk nyata dari wisata berbasis kerajinan tradisional yang lestari dan berkelas. (adv)

  • Bagikan