Sultra Bakal Kehilangan 30 Ton Gabah

  • Bagikan

Ilustrasi

UNAAHA, BKK- Perbaikan irigasi Kabupaten Konawe membuat sawah seluas 683 hektare tidak dapat diairi. Seberapa besar dampak yang ditimbulkan terhadap ketersediaan stok beras tahun ini?

Kepala Dinas Ketahanan Pangan (Ketapang) Konawe M Akbar mengatakan, setelah kalkulasi hasil panen normal, sawah seluas 683 hektare itu bisa menghasilkan 30 ton gabah.

“Jadi, kita akan kehilangan gabah di angka itu,” katanya, Rabu (12/1), saat ditemui di ruang kerjanya.

Areal persawahan yang dimaksud tersebar di 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Wawotobi, Wongeduku, Wongeduku Barat, dan Pondidaha. Daerah tersebut baru akan melakukan kegiatan pertanian padi sawah setelah masuk musim tanam (MT) kedua pada April sampai Agustus.

“Berkait ini sudah kita rapatkan bersama seluruh petani. Mengenai pola tanam, jadwal tanam, dan jadwal pelepasan air,” tuturnya.

Ia juga menegaskan, masyarakat tidak perlu resah, masih ada stok lahan yang akan tetap berproduksi seluas 19 hektare, di antaranya di Unaaha, Anggaberi, dan Tongauna.

Dikatakan, meski stok produksi padi di MT pertama nanti menurun, namun ketersediaan beras di Konawe dijamin masih akan tetap aman. Bahkan, kata dia, tidak memengaruhi suplai beras keluar kabupaten.

“Bahkan hari ini Bulog Konawe akan mengirimkan permintaan beras di kepulauan. Artinya, stok kebutuhan beras kita di Konawe masih tetap aman,” katanya.

Ia melanjutkan, pun setelah pengiriman beras ke luar daerah, stok  beras di gudang Bulog masih  tersedia sekiranya 350 ton.

“Dan ini masih akan bertambah sembari menunggu hasil produksi padi petani di April mendatang di beberapa daerah basis pertanian. Utamanya di area persawahan yang mengikuti IP300,” bebernya.

Mengenai penutupan sementara irigasi ini, ada dampak negatif namun juga ada positifnya.

Dampak negatifnya, ungkap dia, dapat mengurangi jumlah potensi produksi padi yang biasanya sampai mencapai 20 ribu ton per MT. Namun di sisi lainnya, sambung dia, harga gabah akan melonjak naik, sehingga dapat menguntungkan petani lainnya  yang belum mendapat giliran penutupan air tersebut.

“Jadi, air ini dilakukan  secara periodik. Semua daerah pertanian akan mendapatkan giliran. Aliran air di irigasi ada yang ditutup dan ada yang dibuka, sehingga keuntungan itu pasti akan merata dirasakan oleh para petani kita. Karena, sudah menjadi hukum ekonomi kalau produksi terbatas maka harga jual meningkat,” tuturnya.

Ia menambahkan, memang rehabilitasi irigasi penting dilakukan. Karena sudah hampir 30  tahun jaringan irigasi itu tidak pernah ada perbaikan. Apalagi, katanya, dana ini bersumber dari APBN, sehingga sangat disayangkan manakalah program ini tidak dilaksanakan.

“Kalau jaringan irigasinya bagus, kan yang merasakan petani itu sendiri. Suplai air ke area persawahan akan lebih lancar. Ini jangan dianggap bahwa petani sedang disusahkan. Justru inilah  bentuk perhatian pemerintah kepada sektor pertanian utamanya di bidang peningkatan produksi padi dengan menjamin mutu infrastruktur pertanian itu sendiri,” alasnya. (irm/iis)

  • Bagikan