Media Paling Terpukul akibat Transformasi Digitalisasi

  • Bagikan

KENDARI, BKK – Era digital, kalau boleh diambil sebuah perumpamaan, adalah era di mana setiap individu tidak lagi bertumpu pada ruang konvensional, tapi aktivitas kehidupan ini banyak bertransformasi dari ruang-ruang konvensional ke ruang-ruang digital.

Apa saja yang bertransformasi itu? Ismail M.T selaku Direktur Jenderal Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika mengatakan, pertama adalah dunia keuangan dan pembayaran. Aktivitas yang berhubungan dengan dunia keuangan dan pembayaran kini dipindahkan ke ruang digital, termasuk kredit dan sebagainya.

Kedua, transportasi. Dengan perkembangan dunia digital ini, model baru pendekatan penggunaan transportasi melalui platform digital. Jadi, kondisi transportasi nasional berubah dengan adanya digitalisasi.

Ketiga, perdagangan dan industri. Termasuk dengan industri media saat ini. Industri media saat ini juga telah banyak yang merambah ruang digital. Apa pemicunya sehingga ruang digital ini bisa dimanfaatkan? Antara lain karena perkembangan teknologi internet yang memungkinkan hubungan antara orang secara masif dengan biaya yang murah.

Jadi, ada suatu perilaku masyarakat yang memanfaatkan ruang digital secara besar-besaran. Bahkan secara kecenderungannya, ruang digital ini makin mendominasi, makin lebih banyak orang menggunakan ruang digital daripada ruang konvensional dalam berbagai sektor kehidupan.

“Jelas, media juga merupakan salah satu dari sektor yang terdampak dengan adanya perubahan ke ruang digital. Pemicunya adalah teknologi berkembang begitu pesat yang didukung infrastruktur dan konektivitas. Jadi memudahkan koneksi masyarakat,” kata Ismail dalam kegiatan diskusi Open Mic SDPPI yang mengangkat tema Tantangan dan Masa Depan Media di Era Digital di Kendari, Selasa (8/2).

Kegiatan diskusi tersebut diselenggarakan sebagai rangkaian kegiatan Hari Pers Nasional di Kendari, 7 Februari 2022. Format diskusi yang dilakukan secara daring dan luring ini dilakukan di Hotel Plaza Inn.

Pemicu yang kedua adalah perilaku masyarakat terutama generasi muda. Generasi muda yang ternyata memang jauh lebih merasa terbantu dan nyaman, era digital cocok dengan karakter generasi muda,

Bagaimana kondisi media di era digital saat ini? Ismail mengatakan bahwa terjadi perubahan yang sangat signifikan karena adanya penembusan batas-batas sebagai dampak dari adanya transformasi digital. Media menjadi sektor yang paling terimbas dari era digital, paling parah dampaknya akibat transformasi digital.

“Ketika internet ini menjadi massif dan mudah dikoneksi oleh masyarakat dengan kualitas baik dan harga yang murah, maka industri media itu sudah akan mengalami perubahan. Semua orang bisa menjadi reporter, jadi wartawan, semua orang bisa menjadi pemilik media,” jelasnya.

Untuk menghadapi tantangan ini, lanjut Ismail, pertama, setiap insan pers atau media harus mengetahui terlebih dahulu mengenai kondisinya. Sekarang atau ke depan akan seperti apa. Kondisi sekarang dan tren-tren ke depan itu insan media seharusnya berada pada posisi terdepan untuk memahami kondisi perubahan di era digital.

Kedua, lanjut dia, setelah memetakan kondisi sekrang dan ke depan, insan media harus mengambil posisi untuk melakukan review dan peningkatan kompetensi. Tidak ada jalan lain, karena tanpa memiliki kompetensi dan pemahaman yang kuat, maka akan menjadi follower dan tertinggal. Ketiga, insan media harus dapat mengemas produknya secara menarik.

Dalam era digital seperti saat ini, praktek jurnalisme digital di Indonesia harus terus berupaya membangun iklim media yang disukai pembaca, stabil dan dinamis, sehingga muncul berbagai media dengan ciri khas konten segmentasi berdasarkan usia tertentu.

Media perlu membangun kepercayaan di tengah informasi yang melimpah dan pengaruh media sosial yang kuat dalam menyebarkan informasi.

Era teknologi digital menjadi tantangan bagi media massa untuk bekerja lebih keras mengalahkan kecepatan informasi dari media sosial dengan data yang belum tentu dipastikan kebenaranya.

“Transformasi Digital akan mengubah banyak peran dan pekerjaan di semua aspek kehidupan mulai dari industri hingga pelayanan publik. Pengembangan Sumber Daya yang tanggap teknologi perlu dilakukan oleh setiap organisasi untuk beradaptasi,” kata Ismail.

Era digital merupakan suatu masa di mana sebagian besar masyarakat pada masa ini menggunakan sistem digital dalam kehidupan sehari-hari. Sistem analog menjadi sistem digital, ditandai transformasi produk: e-book, internet, koran digital, e-library, e-shop, dsb.

Perkembangan era digital memberi kemudahan untuk mengakses informasi dan menyebarkannya. Media massa perlu menyesuaikan diri dengan cepat untuk tetap menjaga kepercayaan publik.

Perkembangan teknologi digital dan internet berdampak pada perubahan praktek jurnalistik yang mengharuskan media mengubah cara kerja, produksi konten, model bisnis dan struktur organisasi media.

Perubahan gaya transaksional media ke arah interaksi membuat media terus mengoptimalkan terlibatnya pembaca.

Januar P. Ruswita, Ketua Harian Serikat Perusahaan Pers mengatakan Inovasi Digital mengubah kehidupan manusia. Beragam aplikasi platfom digital telah merasuki dan melekat pada hampir semua aspek kehidupan.

“Sebanyak 202,6 juta penduduk Indonesia adalah pengakses internet, Rata-rata 8 jam 52 menit / hari. Dampaknya, penetrasi media mainstream di Indonesia menurun Televisi 86%, Koran/majalah/tabloid 8%, Radio 13%,” kata Januar.

Forum diskusi dan perbincangan antara Direktur Jenderal SDPPI Kominfo dengan ini bertujuan untuk menyebarluaskan informasi kepada masyarakat, khususnya kepada media tentang tantangan masa depan di era digital. 

Kegiatan ini juga memberikan edukasi dan literasi kepada insan pers tentang transformasi digital dan masa depan media di era digital 4.0, dan mendukung kemerdekaan pers sebagai pilar demokrasi yang harus dijaga dan dipertahankan. (*/bk)

  • Bagikan