Lukman Abunawas Kukuhkan Pengurus DPD FKP PJU-TS

  • Bagikan
: Pose bersama Wagub Lukman Abunawas (tengah) usai mengukuhkan pengurus DPD FKP PJU-TS.

KENDARI, BKK – Wakil Gubernur (Wagub) Sulawesi Tenggara (Sultra), Lukman Abunawas resmi mengukuhkan pengurus Dewan Pimpinan Daerah Forum Komunikasi Pelaksana Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya Provinsi Sultra (DPD FKP PJU-TS), Rabu (23/3).

Lukman Abunawas mengatakan, momen bersejarah bagi Sultra, karena telah terbentuk pengurus FKP PJU-TS provinsi Sultra periode 2022-2026, sekaligus dilaksanakan penandatanganan NPHD antara bupati dengan ketua umum LPP-FBDH dan dilanjutkan dengan penandatanganan mou antara rektor UHO dengan ketua umum LPP-FBDH tentang peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan pengembangan iptek melalui pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

“Olehnya itu, saya secara pribadi dan atas nama pemerintah provinsi Sultra menyambut baik dan sangat mengapresiasi terselenggaranya kegiatan tersebut. Selanjutnya, saya mengucapkan selamat atas pelantikan bapak/ibu dan saudara-saudari sekalian sebagai pengurus DPD forum komunikasi pelaksana PJU-TS provinsi sultra periode 2022-2026,” katanya, Rabu (23/3).

Orang nomor 2 di Bumi Anoa ini meyakini, kehadiran berbagai stakeholder dalam kegiatan tersebut sangat penting untuk pembangunan daerah Sultra. Kata dia, karena indonesia mempunyai potensi energi surya yang sangat besar, karena terletak di daerah khatulistiwa yang menerima sinar matahari selama 12 jam per hari.

“Potesi penyinaran matahari ratarata indonesia sekitar 4,8 kwh/m2/hari dengan variasi bulanan sekitar 9%. Energi surya sangat luar biasa karena tidak bersifat polutif, tidak dapat habis, dapat dipercaya dan tidak dibeli. Dengan semakin berkurangnya cadangan energi fosil, maka energi surya menjadi salah satu pilihan utama, dalam rangka mendukung kebijakan transisi energi melalui pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT),” ujarnya.

Ia menambahkan, pemanfaatan energi surya, khususnya energi surya fotovoltaik masih sangat minim di daerah Sultra, padahal energi ini sangat dibutuhkan, terutama di daerah-daerah terpencil dan pulau-pulau kecil seperti di Sultra.

“Begitu pula energi surya termal selama ini, pemanfaatan energi surya termal di indonesia masih dilakukan secara tradisional, utamanya para petani dan nelayan di indonesia, yang memanfaatkan energi surya untuk mengeringkan hasil pertanian dan perikanan secara langsung,” ungkapnya.

Oleh karena itu, pria dengan sapaan LA ini berharap adanya dukungan dari berbagai stakeholder terkait untuk membantu pemerintah bagaimana meningkatkan rasio elektrifikasi di daerah Sultra.

“Kita juga berharap melalui kerjasama pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengabdian masyarakat antara LPP-FBDH dengan rektor universitas halu oleo bisa menghasilkan sumberdaya manusia yang bisa mengatasi kesulitan pengembangan energi surya fotovoltaik, karena kerusakan-kerusakan lampu penerang jalan yang bersumber dari energi surya bisa segera diatasi dengan cepat,” tandasnya. (cr3/nan)

  • Bagikan