Gubernur Ali Mazi: Saya Pasti Bantu asalkan Serius

  • Bagikan
Ali Mazi.

KENDARI, BKK- Konsorsium Indonesia-Tiongkok, PT Terra Paradisaea dan China Engineering Corporation (ENFI), berencana membangun pabrik baterai dan baja di Kabupaten Kolaka Utara (Kolut). Total nilai investasi digadang-gadang mencapai Rp100 triliun.

Perwakilan PT Terra Paradisaea, Choiril Arief Saleh, telah melakukan presentasi di hadapan Gubernur Ali Mazi serta Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sultra Anton Timbang, di Jakarta pada Senin (1/8).

Gubernur Sultra Ali Mazi menyambut baik rencana itu. Apalagi, perusahaan tersebut merupakan perusahaan nasional yang tentunya harus mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah.

“Saya pasti bantu. Kalau perlu sampai ke kementerian karena niatnya baik, asalkan PT Terra ini serius, punya anggarannya, dan mau kerja. Jangan sampai saya sudah jor-joran, lalu berhenti,” ujar Ali Mazi.

Menurut dia, kehadiran investor akan memberikan angin segar. Untuk itu, proses pembangunan pabrik harus dipercepat.

Bahkan, jika memungkinkan, gubernur akan mengeluarkan izin sementara.

“Investor ini kan masuk untuk kepentingan warga. Untuk warga kami imbau, jangan halangi (investasi). Kalau dihalangi kapan akan tumbuh dan berkembang daerah itu. Tumbuh dan berkembangnya daerah itu tergantung kalau ada investor masuk,” kata Ali Mazi.

Perwakilan PT Terra Paradisaea, Choiril Arief Saleh, dalam paparannya mengatakan, pembangunan akan dibagi menjadi tiga tahap.

“Tahap pertama itu total investasi kita sebesar Rp6 triliun. Lalu pada tahap kedua menjadi Rp24 triliun dan tahap terakhir diperkirakan hingga menjadi Rp100 triliun,” ujar Saleh.

Saleh menuturkan, pembangunan industri baterai dan baja tersebut akan membuka lapangan pekerjaan yang cukup besar.

Di tahap pertama, perusahaan akan membuka lapangan pekerjaan untuk 3.000 orang dan tahap kedua bertambah lagi menjadi 5.000 orang. Sementara, pada tahap ketiga total tenaga kerja yang dibutuhkan akan mencapai 30 ribu orang.

“Ini (Kolut) akan menjadi kota baru. Bayangkan saja kalau hingga tahap ketiga perusahaan membuka lapangan pekerjaan hingga 30 ribu orang,” katanya.

Saleh menyebutkan, rencana pembangunan industri ini akan dilakukan pada tiga kecamatan, yakni Tolala, Batu Putih, dan Pakue.

Hanya saja, pihaknya mengalami kendala karena ada lokasi rencana pembangunan smelter masuk dalam kawasan hutan lindung.

“Kami berharap pemerintah bisa mendukung dan membantu kami, karena ini ada kawasan yang masuk dalam kawasan hutan lindung,” harapnya.

Di tempat yang sama, Ketua Kadin Sultra Anton Timbang menuturkan, dirinya terus berupaya dan membuka jaringan agar iklim investasi dan berbagai agenda nasional terus terlaksana di Bumi Anoa.

Menurut dia, kehadiran PT Terra sebagai salah satu perusahaan nasional yang memiliki niat baik, harus didukung penuh.

“Kondisi investasi di Indonesia itu tercatat 6% dari perusahaan nasional dan dari luar 94%. Baru kali baru kali ini pembangunan smelter dilakukan putra daerah, jadi harus kita dukung,” katanya.

Anton berharap, agar keseriusan dari PT Terra untuk melakukan investasi mendapat kemudahan dari pemerintah daerah.

“Saya harap dukungan dari gubernur dan seluruh OPD untuk proses perizinan bisa cepat. Harapan kami, Desember 2022 atau Januari 2023 kita sudah bisa melakukan groundbreaking (peletakan batu pertama),” kata Anton.

Sementara, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Sultra Paringringi memastikan, masalah RTRW yang jadi permasalahan akan segera dituntaskan.

“Kita secepatnya akan bentuk tim, kita akan bahas lagi teknisnya. Harus kita pikirkan masalah tata ruang karena terbagi antara darat dan laut, sehigga yang paling pertama tata ruang di Kolut dan provinsi, terutama untuk pelabuhan dan industrinya itu sendiri,” pungkasnya. (cr2/man)

  • Bagikan