Sumber Cerita Belum Relevan, Bupati Kolaka Sebut Sejarah Mekongga Masih Perlu Diteliti

  • Bagikan
Bupati Kolaka beserta Forkopimda saat menggelar ritual adat penyucian negeri dengan cara berdoa di Makam Sangia Nibandera. (Foto: Zulfikar)

KOLAKA,BKK – Penyucian Negeri (Mosehe Wonua) kembali digelar di Kabupaten Kolaka tepatnya di Makam Sangia Nibandera Desa Tikonu Kecamatan Wundulako, Minggu (20/11). Ritual adat Suku Mekongga yang digelar setahun sekali itu berlangsung hikmad, dengan dihadiri segenap perangkat pemerintah daerah setempat dan para Pemangku Adat Mekongga.

Bupati Kolaka H Ahmad Safei yang turut hadir dalam ritual tersebut mengungkapkan, selama ini cerita Sejarah Mekongga yang dibuat dalam bentuk tulisan hanya berdasarkan sumber yang kurang relevan.

Olehnya itu, menurutnya, masih perlu dilakukan penelitian dan dibuat dalam bentuk Buku Sejarah Mekongga.

“Selama ini kita hanya berdasarkan kepada tulisan-tulisan yang dibuat dari prof-prof yang ada di luar tetapi sebenarnya beberapa ada perbedaan terkhusus Suku Mekongga yang ada di sini ( Kolaka),” katanya.

Dikatakan, salah satu upaya memelihara budaya yakni menjaga literatur atau sejarah asal muasal nenek moyang. Caranya, mendokumentasikan dalam bentuk tulisan jejak-jejak peninggalan sejarah, misalnya Kerajaan Mekongga sehingga dapat diteruskan kepada generasi pelanjut.

“Mendokumentasikan semua peristiwa supaya itu menjadi acuan anak-anak kita selanjutnya, referensinya dari tokoh-tokoh adat yang ada di sini, saya minta mari kita dorong teman-teman. Saya kira yang di perguruan tinggi banyak orang-orang yang punya kemampuan yang dapat menulis itu supaya betul-betul menjadi acuan buat kita,” harapnya.

Dalam kesempatan itu, Bupati Kolaka dua periode ini juga menekankan pentingnya memelihara dan melestarikan adat budaya. Sebab, hal itu merupakan ciri khas Negara Indonesia yang harus tetap dijaga.

“Ini yang harus terus kita pelihara kita sudah sepakat yah bahwa kita setiap tahun adakan Mosehe di sini (Makam Sangia Nibandera). Mau seperti apa itu pelaksananya, yah itu tugas kita untuk melestarikan Budaya Wonua Mekongga ini, seperti apa yang kita harapkan,” katanya.

Memelihara dan melestarikan budaya yang dimaksud, kata Safei, membutuhkan peran semua pihak. Tak terkecuali pemuda yang perlu didorong menjadi penerus cita-cita bangsa.

Diketahui, ritual Mosehe Wonua tersebut berlangsung selama dua hari. Hari pertama dilaksanakan Musyawarah Masyarakat Adat Mekongga, dan keesokan harinya dilanjutkan dengan prosesi Penyucian Negeri atau Mosehe Wonua.

Perayaan Mosehe Wonua selalu dihadiri ratusan warga dan Lembaga Adat Suku mekongga dengan cara berziarah, lalu memotong kerbau sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan. (CR5/ada)

  • Bagikan