Guru Besar UHO, Jadi Profesor ke-2 Termuda se-Indonesia

  • Bagikan
Prof Dr Muhammad Arba SSi MSi bersama Istri dan ketiga anaknya

KENDARI, BKK – Salah seorang dosen Fakultas Farmasi (FF) Universitas Halu Oleo (UHO) menjadi profesor termuda ke dua se Indonesia.


Adalah Prof Dr Muhammad Arba SSI MSi yang juga merupakan Guru Besar Analisis Farmasi dan Kimia Medisinal FF UHO.


Prof Dr Muhammad Arba mendapatkan gelar sebagai Guru Besar setelah resmi dikukuhkan oleh Rektor UHO, Prof Muhammad Zamrun Firihu bersama tiga rekannya yakni Prof Dr H Jamaluddin Hos MSi (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik), Prof Dr H Ishak Awaluddin SE MSi (Fakultas Ekonomi dan Bisnis) dan Prof Dr Ruslin SPd MSi yang merupakan dosen Fakultas Farmasi UHO, Selasa (10/1).


Dengan dikukuhkannya Prof Dr Muhammad Arba, dirinya juga menjadi Guru Besar termuda yang ada di Kampus Hijau tersebut.


“Setelah melalui perjalanan panjang, mulai dari proses pengusulan dan penilaian jabatan Guru Besar, di tengah ketat dan banyaknya peraturan serta persyaratan yang terus berubah, alhamdulilah berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) nomor 35002/MPK.A/KP.05.01/2022 saya telah diangkat menjadi Guru Besar,” katanya.


Dijelaskannya, pengangkatan dirinya sebagai Guru Besar pada bidang ilmu Analisis Farmasi dab Kimia Medisinal pada Fakultas Farmasi UHO.


“Penganugrahan gelar akademik tertinggi ini tentu merupakan karunia yang sangat berarti bagi saya. Namun, dibalik itu juga, merupakan tanggung jawab yang harus saya emban dan jalankan sesuai dengan peraturan yang berlaku,” ujarnya.


Untuk diketahui, sebanyak empat profesor yang dikukuhkan langsung Rektor UHO, Prof Zamrun Firihu pada Selasa (10/1) kemarin.


“Sungguh merupakan kebahagiaan bagi seluruh warga Kampus Universitas Halu Oleo bahwa pada akhir tahun 2022 dan di awal Januari 2023 bertambah guru besar menjadi 97 orang dalam bidang yang berbeda,” ujar Zamrun, usai pelantikan di Auditorium Mokodompit UHO.


Dikatakan, pengukuhan guru besar memiliki makna penting, yaitu pengakuan terhadap sebuah prestasi yang diraih, pemberian otoritas keilmuan, serta peningkatan tanggung jawab.


Zamrun menyatakan, pencapaian predikat guru besar, menjadi awal mula sebuah perjuangan untuk memantapkan khazanah keilmuan yang telah diraih. Dituntut memiliki integritas yang tinggi, tanggung jawab moral, dan yang terpenting mampu memberikan kontribusi kepada masyarakat luas.


“Guru besar juga harus terus menerus berupaya menemukan cara tentang kepeloporan akademik yang ditunggu masyarakat. Selanjutnya guru besar berupaya memberikan jawaban atas persoalan yang ada di sekeliling kita dan di masyarakat kita dengan aksi nyata,” pesannya. (nan)

  • Bagikan