Pengamat Ekonomi: Inflasi Sultra Meroket

  • Bagikan

KENDARI, BKK – Perkembangan inflasi gabungan yang terjadi pada dua kota di Sulawesi Tenggara (Sultra) yakni Kendari dan Baubau, semakin meningkat hingga di angka 7,3% sejak akhir 2022 lalu.

Terjadinya inflasi di dua kota tersebut, menurut Pengamat Ekonomi Sultra, Dr Syamsir, berpengaruh dengan daerah lain di Bumi Anoa ini. Dalam kondisi seperti itu, peran tim pengendalian inflasi daerah (TPID) perlu ditingkatkan.

“Saat ini inflasi Sultra meroket. Peran TPID perlu ditingkatkan,” kata Syamsir, Minggu (15/1).

Diungkapkan, inflasi dipicu beberapa faktor yakni kenaikan harga yang diatur pemerintah serta gangguan suplai energi secara global yang mempengaruhi kenaikan harga avtur atau harga BBM. Harga energi yang naik, maka pemerintah melakukan penyesuaian harga, yang diintervensi secara langsung melalui kebijakan dalam menerapkan subsidi.

“Kemudian juga pemerintah mengintervensi di sektor transportasi agar tidak terlalu bergejolak. Tetapi untuk inflasi dari bahan makanan, di daerah harus pelan-pelan menghasilkan produk yang selama ini didatangkan dari luar daerah,” ujarnya.

Dijelaskan, untuk menjaga ketahanan pangan pemerintah perlu mendorong kepastian terhadap suplai komoditi beras, bawang merah, cabai, dan telur yang menjadi pemicu inflasi bahan makanan.

“Jadi, inflasi kenaikan bahan pangan ini bukan hanya kita menghasilkan produk itu, namun harus ada kerja sama antardaerah. Karena sebagian daerah ada yang surplus dan juga ada yang defisit pangan,” ucapnya.

Selain itu, lanjutnya, perlu ada penguatan kolaborasi antar TPID agar bisa saling melengkapi berbagai kebutuhan pangan lokal di Sultra. Komunikasi yang intensif perlu dibangun agar dapat mendeteksi komoditas yang bergejolak dan selalu berkontribusi pada inflasi daerah.

Dia menuturkan, permintaan masyarakat masih stabil. Akan tetapi, pasokan pangan relatif berkurang menyebabkan kenaikan harga di berbagai komoditi pangan, ditambah lagi ketergantungan pasokan dari daerah lain masih tinggi.

“Jadi, ada beberapa daerah juga sudah mengurangi pasokan untuk keluar daerah karena menghadapi krisis pangan, untuk membuat pasokan cadangan pangan membaik di daerah tersebut,” imbuhnya.

Syamsir menambahkan, perubahan iklim juga mengganggu kontinuitas produksi pangan yang menjadi pemicu inflasi. Kemudian disparitas harga yang mencolok juga menyebabkan alokasi jumlah pasokan pangan akan berubah.

“Diharapkan agar inflasi di Sultra tetap terjaga dan bisa terkendali dengan memaksimalkan peran TPID dalam melakukan kolaborasi,” tutupnya. (r5/ada)

  • Bagikan