Sampah Menumpuk di Kolaka, DLHK Beber Penyebabnya

  • Bagikan
Tumpukan sampah di Kabupaten Kolaka.

KOLAKA, BKK – Persoalan sampah memang selalu menjadi pengganggu disetiap kabupaten/kota di Sulawesi Tenggara (Sultra), tidak terkecuali di Kabupaten Kolaka.


Saat ini di Kabupaten Kolaka sampah mulai menumpuk, bahkan menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir.


Dari data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) tahun 2021. Jumlah produksi sampah perharinya mencapai 51 Ton, sampah ini 33,48 % nya berasal dari sampah pemukiman 18,03% berasal dari nonpemukiman.


Jika diakumulasikan dalam sebulan, Kabupaten Kolaka memproduksi sebanyak 1.545,39 ton sampah, 1.004.50 tonnya berasal dari areal pemukiman, dan 540,89 ton dari nonpemukiman. Artinya, penyumbang terbesar sampah masih berasal dari limbah rumah tangga.


Hal tersebut juga turut diperparah dengan fasilitas penunjang pengolahan sampah yang masih minim.

Misal, Tempat Pengolahan Sampah Terpadu atau Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) saat ini Kabupaten Kolaka hanya memiliki 1 tempat pengolahan sampah.


Kepala Bidang (Kabid) Persampahan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kolaka Alvian Makmun mengatakan, selain kurangnya tempat pengolahan sampah, juga disebabkan tingginya laju pertumbuhan baru kawasan pemukiman di Kolaka yang tidak sejalan dengan fasilitas pengangkut sampah.


Hal itulah, lanjutnya, yang menyebabkan sampah menumpuk di spot pembuangan sampah.


“Selama kurun waktu 15 tahun, nanti di 2021 ada penambahan armada baru pengangkut sampah, karena sampai hari ini (kemarin) juga kami belum bisa membuat rute baru untuk mobil pengankut sampah ini. Karena pesatnya laju pertumbuhan pemukiman di Kolaka,” ujarnya, Selasa (17/01).


Dia menyebut, saat ini armada pengangkut sampah yang dimiliki DLHK Kolaka berjumlah 23 unit. 23 unit itu, kata dia, bertugas mengangkut sampah di Kolaka yang berjumlah 51 ton perharinya, melihat jumlah sampah itu tentunya tak semua bisa terangkut.


Contohnya, sebut dia, di Jalan Usman Rencong Kolaka, jalan yang seharusnya menjadi sarana transportasi, malah nampak seperti pembuangan akhir sampah, bahkan dikala hujan sampah yang tadinya di dalam bak sampah ke luar ke badan jalan dengan aroma yang tidam sedap.


“Selain itu di Kelurahan Mangolo Kecamatan Latambaga, sampah sudah mulai tergerus menuju pesisir laut, beberapa juga masuk ke badan jalan dan menggangu para pengendara yang melintas,” tuntasnya. (cr5/nir)

  • Bagikan