BPS Catat Inflasi di Kendari Meroket Hingga 6,91%

  • Bagikan
Suasana konfrensi pers di Aula BPS Sultra. (FOTO: WATY/BKK).

KENDARI, BKK – Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tenggara (Sultra) mencatatkan bahwa inflasi yang terjadi di Kota Kendari mengalami peningkatan atau meroket hingga diangka 6,91% pada Maret tahun 2023.


Kepala BPS Sultra, Agnes Widiastuti mengungkapkan, pada Maret 2023 Kota Kendari terjadi inflasi year on year (yoy) atau tahun ke tahun sebesar 6,91% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 116,14.


Dijelaskan, secara nasional, inflasi yoy tertinggi terjadi di Tual sebesar 7,49% dengan IHK 117,19 dan terendah terjadi di Merauke sebesar 3,17% dengan IHK 112,59.


“Jadi, inflasi disebabkan karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok transportasi sebesar 21,41%, kelompok pendidikan sebesar 9,11, kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 5,67%,” ungkapnya, Senin (3/4).


Agnes menuturkan, adapun penyebab terjadinya inflasi juga di dorong dengan peningkatan pengeluaran kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 5,07%, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 4,90%, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 4,21%.


“Kemudian juga pada kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 3,29%, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 2,03%, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 1,74%, serta kelompok kesehatan sebesar 1,62%,” ucapnya.


Sementara itu, lanjut Agnes, untuk kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,17%.


“Untuk tingkat inflasi month to month (mtm) Maret 2023 sebesar 0,67% dan tingkat deflasi year to date (ytd) Maret 2023 sebesar 0,05%,” imbuhnya.


Agnes menambahkan, komoditas yang memberikan sumbangan inflasi yoy antara lain angkutan udara, bensin, beras, angkutan dalam kota, bahan bakar rumah tangga, rokok kretek filter, akademi/perguruan tinggi, minyak goreng, mobil, serta ikan kembung gembung, ikan gembolo atau ikan aso-aso.


“Kemudian komoditas yang memberikan sumbangan deflasi yoy antara lain ikan teri, bayam, ikan cakalang/ikan sisik, daun kelor, daging ayam ras, ikan layang/ikan benggol, pepaya muda, kerudung, ikan rambe, serta telepon seluler,” tutupnya. (r5)

  • Bagikan